Mohon tunggu...
Rinal Anandita
Rinal Anandita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Currahe

13 Desember 2015   11:34 Diperbarui: 13 Desember 2015   13:27 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jenius sebuah ungkapan yang beredar dalam masyarakat untuk menggambarkan sesosok makhluk yang mempunyai tingkat kepintaran yang sangat tinggi dan biasanya digambarkan dengan sesosok manusia yang hanya hidup demi sebuah penelitian-penelitian baru sehingga lebih banyak menciptakan asumsi-asumsi baru dibanding helai rambut yang tumbuh pada kepalanya. Begitulah masyarakat mayoritas menggambarkan sosok yang jenius. Namun, bagi saya sosok jenius adalah orang yang pandai dan dapat memahami sesuatu bidang dan berguna bagi masyarakat luas.

Salah satu contoh jenius adalah Alexander the Great, seorang pemuda asal Macedonia yang mempunyai ambisi untuk menguasai dunia. Alexander adalah salah satu sosok jenius perang yang dikisahkan hampir menguasai hampir separuh wilayah bumi pada saat itu. Ketika saya membaca sebuah e-book yang mengisahkan biografi sang Alexander yang Agung, saya menemukan sebuah quotes yang menarik pada intro buku tersebut. “Beribu-ribu jenius lahir dan mati tanpa diketahui, baik oleh orang lain maupun dirinya sendiri” begitu ucap Mark Twain. Pada saat ini dapat dikenal beberapa jenius yang telah lahir, salah satunya Bill Gates dan Steve Jobs, meraka saya anggap sebagai para jenius yang berkontribusi atas perkembangan tekhnologi pada akhir abad 20 dan hingga saat ini. Bagaimana dengan anda? Apa anda salah satu dari mereka?

            Menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan terlahirnya jenius-jenius yang baru? Ya, menurut saya adalah faktor lingkungan yang menjadi salah satu hal yang menunjang lahirnya sang jenius-jenius yang baru. Sebuah proses pada lingkungan kehidupan seseorang yang dapat menentukan, apakah ia akan memaksimalkan potensi dan impiannya atau malah menyianyiakannya.

Saya yakin setiap orang mempunyai impian dan potensi yang berbeda telah diberikan kepada setiap individu. Namun, kadang kala setiap potensi dan impian tersebut sering kali disiasiakan oleh lingkunganya. Karena hal tersebut terkadang seseorang seringkali gagal mencapai titik optimal dalam potensi dan dalam meraih mimpinya dan mati sebagai jenius yang tak pernah dikenal.

Hal diatas adalah salah satu hal yang saya khawatirkan, dimana potensi dan mimpi yang saya miliki belum pernah disadari oleh lingkungan dan diri sendiri. Hal tersebut menjadi sebuah kegelisahan yang tak bisa dipecahkan. Saya sadar bahwa saya harus membentuk atau masuk kedalam sebuah lingkungan yang dapat saling mendukung satu sama lain untuk mencapai titik optimal dalam potensi dan impian masing-masing. Dimana diharapkan akan terahir jenius-jenius yang baru.

Kegelisahan tersebut terjawab, kini saya mempunyai sebuah lingkungan yang terbilang nyaman untuk berproses, saling mendukung dan mengevaluasi terhadap impian setiap individu yang ada didalamnya. Ya sebuah kelompok yang saling mendukung, mengevaluasi, dan mengingatkan pentingnya untuk berproses dalam kehidupan agar mencapai titik optimal tersebut. Keberuntungan? Ya mungkin ini salah satu faktor lain dalam berproses mencapai titik optimal tersebut, saya beruntung bertemu individu-individu yang pandai dalam merencanakan impian dan selalu berproses dalam mencapai potensi setiap individu.

Tulisan ini saya tunjukan kepada sahabat-sahabat saya yang jenius. Mungkin kami bertemu pada saat kebersamaan kami akan berakhir. Namun, proses yang telah kami lakukan pada masa singkat ini telah membuat suatu perubahan besar dalam setiap individu. Memang tak bisa dihindarkan, takdir mengatakan kami harus berproses pada lingkungan yang berbeda dimasa depan. Saya percaya bahwa kami akan mencapai titik optimal itu, walau tidak bisa dihindari hanya sebagian dari kami yang akan menjadi jenius. Namun, proses yang singkat yang kami jalani telah banyak merubah kami.

Selamat berproses kawan, saya percaya kami akan sukses dimasa depan dan saya bangga jika salah satu dari kami menjadi seorang jenius yang baru. Selamat berproses dan terima kasih, Paralyzed!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun