Mohon tunggu...
Rinal Anandita
Rinal Anandita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Sampah Menjadi Emas

8 April 2012   03:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:54 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini saya masih tak mengerti, mengapa ucapan orang tua itu seperti  menjadi sebuah kenyataan dimasa mendatang. Terkadang apa yang diberikan orang tua tak begitu diangggap oleh sang anak dimasa kini, namun hal yang kecil yang dianggap sang anak itu bisa menjadi lebih dari sebuah emas atau permata indah bagi kehiduapan sang anak. Seperti sebuah kisah nyata yang menginspirasi saya untuk selalu menghargai kedua orang tua.

Dulu ada seorang anak laki-laki yang hidup dikeluarga sederhana dan baru saja  menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Atas (SMA). Seperti halnya anak remaja SMA yang baru saja lulus sekolah, pasti disibukan oleh mencari studi lanjutan di jenjang universitas. Namun sebuah masalah muncul dalam hidupnya. Anak laki-laki itu bukanlah anak yang pintar, jadi sang ibu menawarkan sebuah pilihan yang berat kepada anak laki-laki tersebut. Tawaran yang pertama adalah ia tetap melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau hanya melanjutkan studi akademi yang akan bergelar D3 namun akan dibelikan sebuah motor vespa keluaran tahun 80an, dan Ibunya menyarankan untuk ia mengambil pilihan yang ke 3. Itu adalah pilihan yang sulit baginya ketika sang ibu menyarankan ia pilihan yang ke 3 dan di sisi lain saudara-saudara dan teman-temannya melanjutkan studi ke universitas. Akhirnya, dengan berat ia memilih pilihan yang kedua, yang berarti memilih pilihan sang ibu. Saat itu ia begitu marah dan menganggap ibunya tak menyayanginya.Namun ia salah besar, setelah 20 tahun kemudian. Ia sudah mencapai kesuksesan dan ia tersadar bahwa pendidikan D3 nya dan vespa tahun 80an dan ditambah oleh doa orang tuanya telah membantunya untuk membangun kerajaanya bersama istri dan kedua anaknya. Ia tak menyangka hal yang ia anggap tak berguna dimasa lalu dapat membawanya menuai berbagai kesuksesan. Saat ini ia sedang menjalankan perusahaan kecilnya dan mempunyai tabungan yang lebih dari cukup untuk masa tuanya kelak dan sedang meguliahkan seorang anak laki-lakinya di sebuah perguruan tinggi di kota Surabaya.

Kisah inspiratif itu telah membuat saya mempercayai, bahwa apa yang orang tua saya sarankan untuk hidupku adalah sebuah doa dan kelak saya yakin doa itu akan mengantarkan anaknya untuk menggapai kesuksesan. Itulah alasan saya memberi judul tulisan ini "Ketika Sampah Menjadi Emas". Oleh karena itu hargailah apa yang telah orang tua berikandan perjuangkan. Semoga apa yang orang tuaku telah berikan kepadaku bisa membantu saya untuk menggapai impian tertinggi saya yaitu membangun dan membenahi persepakbolaan di Indonesia. I dedicate this article for my father and mom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun