Mohon tunggu...
Rinal Suryadinata
Rinal Suryadinata Mohon Tunggu... -

Seorang Broadcaster Radio Siaran yang di awali di tahun 1998 - sekarang masih bergelut di dunia Radio dan pernah siaran di I Radio Jakarta,Prima FM Haurgeulis Indramayu,Radio Elsa FM Karangampel Indramayu,AS FM Anjatan,Optima FM (Indramayu FM sekarang),Ninety NIner FM,Radio Sasaraina FM Mentawai dan sekarang di Radio Sura FM Mentawai

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengais Rupiah yang Melukai

21 Desember 2012   01:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bangkulu Tengah | surafm.com – Daerah Aliran Sungai Bengkulu yang saat ini sudah tercemar oleh aktifitas industri dan penambangan memiliki berkah dan musibah tersendiri, limbah yang merusak lingkungan dimanfaatkan masyarakat untuk mengeruk dan mengumpulkan kembali limbah batu bara untuk dijual.
Penelusuran ini di lakukan oleh surafm dan beberapa rekan dari beragam media yang tergabung dalam Produksi Bersama ASTEKI

Limbah yang dibuang kesungai oleh perusahaan tambang batu bara menyebabkan banyak hal negatif terhadap keberadaan sungai Air Bengkulu. Terdapat dua tambang batu bara yang berada dihulu sungai air Bengkulu.
Batu bara yang berbentuk seperti kerikil yang hanyut disungai menyebabkan sedimentasi dan menjadikan aliran air menjadi keruh. Namun batu bara yang menjadi limbah oleh perusahaan dimanfaatkan masyarakat dengan cara mengumpulkan kembali  buangan perusahaan dan menjualnya kepada pengepul.
“Saya sudah hampir tiga tahun disini  menjadi pengumpul batu bara disungai” ujar Udusrin selaku masyarakat Nanding, Kec. Karang Tinggi Kab. Bengkulu Tengah
“ Ya dulunya kami mencari ikan dan sungainya masih bersih, walaupun hanya untuk makan dirumah, tapi semenjak ikan tidak ada karena ada perusahaan buang limbah di hulu saya tidak lagi mencari ikan, ” Tambahnya
Kebanyakan masyarakat yang ada di Desa Nanding ada yang berprofesi sabagai petani kebun sawit karet dan petani padi. Masyarakat dulunya sudah tahu bahwa ada batu bara disungai, tetapi belum ada yang ingin membeli, tapi semenjak hal ini bisa menjadi tambahan kebutuhan hidup akhirnya masyarakat menjadi pengumpul batu bara buangan perusahaan ini, tetapi tidakmeninggalkan aktifitas berkebun mereka
Setiap harinya para pemulung batubara ini,  bisa mendapatkan rata-rata 8 karung perhari yang langsung dijual kepada toke pengumpul seharga Rp.8.000,- Rp.10.000,- perkarung, Jika kondisi sedang baik atau mendapatkan endapan batubara yang cukup banyak,dapat diperoleh hingga 10 – 15 karung per hari. Sebuah pendapatan yang cukup menggiurkan.  Dalam sebulan para pemulung batu bara ini bisa mendapatkan pemasukan bersih sekitar Rp.1.000.000,- hingga Rp. 1.500.000,- perbulan.
Resiko yang di ambil para penambang Limbah Batu bara inipun cukup besar team Reportase menemukan banyak terjadi kerusakan pada lapisan kulit para penambang yang apabila dalam kondisi yang cukup lama akan menyebabkab rusaknya beberapa organ tubuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun