Lukisan ilalang itu…kini terlihat kusam tak terawat. Tak terpasang lagi di relung kamar itu. Kini ia hanya teronggok dan tercampakkan di antara tumpukanasa yang berserakan.Debu-debu menempel dipermukaannya. Bingkainya sebagian terlihat retak dan keropos dimakan rayap. Ku coba mengambilnya dan membersihkan permukaannya. Masih terlihat cukup jelas lukisannya. Ya..sepadangan ilalang di pagi hari. Terlihat bulir-bulir embun yang menggelantung di ujung-ujungnya. Berkilauan diterpa cahaya matahari. Terlihat burung-burung berkicauan menemanimu menari pelan ditiup semilir angin. Ia tampak tersenyum..walau kurasakan ada rasa yang ia tahan..ya rasa duka yang ia pendam. Aku tertegun memandangnya. Semakin lekat ku pandang lukisan itu, semakin buram… semakin buram dan memudar menjadi hanya kanvas putih, sampai akhirnya aku melihat lukisan wajahku sendiri di sana. Ya aku… aku yang terhempas,, karena aku hanya lukisan ilalang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H