Aku terbelenggu dalam kotak ketidakberdayaan. Ingin ku hancurkan belenggu yang mengekangku agar aku dapat melangkah. Namun apa dayaku. Jari-jariku terlalu lemah untuk menghancurkan semua itu. Hanya imajinasiku yang dapat membawaku untuk dapat menggenggam kedua tanganmu.
Kakiku terbelenggu rantai keterbatasan. Tak mampu aku gerakan kaki ini untuk dapat melangkah jauh. Aku ingin melangkah menyusul jiwaku yang telah lama dapat menggapaimu.
Getir ku rasakan menyadari hal ini. Akan kelemahan dan keterbatasan diri. Aku tidak bisa melihatmu bersedih. Aku ingin menyayangimu dengan segenap jiwa ragaku. Namun, lagi-lagi aku terperangkap dalam tanya,, apa yang bisa aku lakukan. Aku hanyalah ilalang yang hanya punya cinta dan asa, sementara tubuhku rapuh, ragaku renta.
Ingin ku tulsikan setiap cerita kita dalam kanvas putih. Ingin ku nyayikan seuntai lagu rindu untukmu, dan ku buatkan sebait puisi cinta untkmu. Agar kau tahu bahwa hati ini tak pernah berhenti merindukanmu, jiwa ini terus bergelora mengharapkanmu. Agar kau mengerti bahwa ilalang ingin dapat bersanding dengan edelweiss dalam satu padang. Padang kita berdua, padang ilalang dan edelweiss.
Sayang…maafkan atas segala ketakberdayaanku. Jangan pernah bersedih, hapuslah air matamu. Percayalah Aku akan tetap selalu menyayangimu. Denting dawai ini akan selalu mengalun merdu untukmu. Kau akan selalu ada dalam relungku. Asa ini akan selalu ada.
Biarlah aku di sini tetap menyayangi dan merindukan mu. Aku akan selalu tersenyum untukmu. Tak perlu kau tahu lara yang ku rasa. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum bahagia jalani hari. Love U…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H