Mohon tunggu...
Rina Efriana
Rina Efriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Menggali Jejak Mimi Rasinah, Sang Pelestari Topeng Indramayu

24 Desember 2024   20:10 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:29 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimi rasinah semasa hidup. Foto: Wikipedia

Sosok Rasinah, yang lebih dikenal sebagai Mimi Rasinah, tentu tak pernah lepas dari ingatan masyarakat Indramayu. Lahir pada 3 Februari 1930 di Pekandangan, Indramayu. Rasinah identik dengan garis keturunan yang penuh dengan tradisi seni. Ayah Rasinah, Lastra merupakan dalang wayang kulit sekaligus mentor pertama dalam membina melestarikan kesenian tari topeng. Sementara ibunya, Sarminah adalah seniman ronggeng yang menambahkan ciri khasnya sendiri terhadap proses latihan awal bagi Sang maestro yaitu Rasinah.

Ayah Rasinah, Lastra ingin memiliki anak yang berprofesi sebagai penari dan dalang topeng. Cita-cita tersebut sudah ia simpan sejak Rasinah masih dalam kandungan. Oleh sebab itu, pada usia tiga tahun Rasinah sudah sering diajak ayahnya untuk menonton tari topeng. Ia selalu dibawa manggung oleh kedua orang tuanya, di situlah ia dapat melihat langsung sang ibu menarikan topeng. Ia pun mulai hafal gerakan-gerakan tari topeng. Pada usia empat tahun, Rasinah sudah diajarkan oleh orang tuanya untuk menari topeng. Selain itu Rasinah juga diajari cara menabuh gamelan termasuk menjadi dalang wayang kulit. Namun Rasinah lebih tertarik menjadi penari topeng. Pada usia tujuh tahun ia mulai ngamen dengan menari topeng di berbagai acara masyarakat. Menekuni tari topeng ia lakukan hingga ia mencapai usia dewasa.

Topeng gaya Pekandangan merupakan tari topeng khas Indramayu akan tetapi masyarakat lebih mengenalnya dengan nama tari Topeng Rasinah. Puncak kemasyuran Rasinah datang pada tahun 1960-an. Saat itu, dia menjadi salah satu penari topeng paling terkenal di wilayah Indramayu dan bahkan di kancah internasional. Dia telah tampil di berbagai negara seperti Jepang, Prancis, Swiss, Belgia, dan Belanda, membawa nama daerah kelahirannya ke pentas-pentas global. Selain kemasyuran individualnya, Rasinah juga berkontribusi signifikan dalam melestarikan tradisi tari topeng. Lewat penampilannya yang penuh gairah dan dedikasi, dia tidak saja menghibur audiens tetapi juga menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk mencintai dan melestarikan kesenian tradisional ini.

Namun, pada tahun 1970-an, Rasinah mengalami periode vakum dalam karirnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan preferensi masyarakat yang lebih tertarik pada kesenian modern seperti tarling dan organ tunggal daripada tari topeng. Meskipun demikian, spirit dan dedikasinya tidak pernah padam.Perubahan drastis terjadi pada tahun 1994 ketika Rasinah bertemu dengan Endo Suanda, seorang etnomusikolog yang berdedikasi untuk melestarikan kesenian tradisional. Bersama-sama, mereka berhasil menghidupkan kembali karir Rasinah sebagai penari topeng. Akhirnya, pada bulan Maret 2008, Rasinah secara resmi mewariskan peranannya sebagai dalang topeng kepada cucunya, Aerli Rasinah. Rasinah meninggal dunia pada tanggal 7 Agustus 2010, meninggalkan warisan yang tak terhitung jumlahnya. Di antara penghargaan yang diterima olehnya adalah Women of the Year (2002) yaitu anugerah seni dari pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Lifetime Achievement Award dalam Festival Topeng Nusantara 2010, dan juga mendapatkan penghargaan dari Negeri Belanda sebagai Diple' me de Honneuts. Prestasi ini bukti nyata atas dedikasinya dalam melestarikan tradisi tari topeng Indramayu.

Pelajaran penting tentang dedikasi, kreativitas, dan pelestarian budaya dapat ditemukan dari perjalanan hidup Rasinah, sang maestro tari topeng Indramayu. Meskipun menghadapi banyak tantangan, seperti perubahan minat masyarakat terhadap seni tradisional, Rasinah tetap berjuang untuk melestarikan seni tari topeng, yang telah menjadi bagian dari identitasnya. Dia menunjukkan bahwa ketekunan dalam mengejar passion sangat penting. Kemampuannya untuk berimprovisasi dan membuat gerakan tari topeng yang berbeda menunjukkan betapa pentingnya kreativitas dalam berkarya. Selain itu, Rasinah menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan seni tari topeng dan berfungsi sebagai penghubung antara mereka dan tradisi budaya. Melalui dedikasinya yang tak henti-hentinya, ia tidak hanya membantu menghidupkan kembali kesenian ini di tingkat lokal dan internasional, tetapi juga membantu menjaga nilai-nilai budaya Indonesia. Dengan demikian, perjalanan hidup Rasinah bukan hanya sekadar kisah seorang maestro tari topeng, tetapi juga merupakan sumber inspirasi tentang komitmen terhadap seni dan budaya serta pentingnya inovasi dalam pelestarian warisan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun