Mohon tunggu...
rinadebora pasaribu
rinadebora pasaribu Mohon Tunggu... lainnya -

Cry a lot, laugh a lot. Dream a lot, struggle a lot

Selanjutnya

Tutup

Catatan

My Mom; My Funny Best Friend

17 Desember 2011   19:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indahnya perasaan memiliki seorang persahabatan pertama sekali bisa dikatakan saya rasakan bersama ibu saya. Rasanya dia telah menjdi sahabat saya dari dulu sekali dan saya yakin akan selalu seperti itu di tahun-tahun mendatang. Yes, she is always be my bestfriend. Dan jika saya hanya punya 5 kata tentangnya, maka kata-kata itu adalah; lembut, lucu, baik, lugu, Ibu2(mengenai kata yang terakhir ini akan saya coba lukiskan di postingan lain). Kali ini saya ingin melukiskan betapa lucunya ibu saya.

Ibu saya seorang yang lucu. Lucu dalam arti lucu yang alami, bukan lucu yang direncanakan dan diniatkan. Kelucuan ibu saya adalah kelucuan tingkah pola dia secara alami walau dia tidak berniat melucu. Saya akan kesulitan mendeskripsikan bagaimana kelucuan ibu saya nan alami. Karenanya saya berharap potongan-potongan cerita dibawah ini bisa membantu menunjukkan betapa sahabat saya ini lucu dan beneran lucu alami.

***

Dalam bahasa batak (dan telah saya terjemahkan) ada cuplikan dialog antara bapak dan ibu saya.

Bapak: “Kenapa yah setelah minum obat batuk yang kemaren batuk tidak sembuh tapi malah mencret terus?”

Ibu: “tidak tahu” (menjawab sambil sudah merasakan sesuatu yang tidak beres di hatinya)

Kemudian tanpa sepengetahuan bapak saya ke dapur dan mengecek kemasan obat tersebut yang disimpan di lemari es. Dan Tentu saja dia kaget, karenadi selembar kertas yang menempel pada botol obat itu tertulis “obat susah buang air besar”.

Dan itulah ibu saya, dia tidak lantas mengaku ke bapak saya. Dia diam saja dengan temuannya itu dan hanya menceritakan itu kepada sahabatnya (dan saya tahu cerita ini pun dari sahabat ibu saya). Ketika saya tanyakan mengapa dia tidak cerita ke bapak dia hanya bilang dia tidak ingin diledekin oleh bapak saya.

***

Ibu saya adalah orang yang sangat suka bersosialisasi. Jadi dia merasa penting untuk menolong para sahabat dan temannya dalam permasalahn mereka, temasuk masalah perjodohan. Jadi ibu saya, jika diminta, kerap berusaha menjodohkan teman-temannya.

Tersebutlah ada adik temannya yang tak kunjung menikah dan sang kakak meminta pada ibu saya untuk dicarikan jodoh bagi adikknya. Kebetulan ibu sayajuga memiliki teman perempuan yang masih lajang. Dan bisa ditebak dia pun menjodohkan mereka. Dan berhasil! Tak lama mereka menikah. Namun, ternyata pernikahan itu hanya berumur 1 tahun. Ternyata teman perempuan ibu saya itu seorang lesbian!! Akhirnya pasangan itu bercerai setelah memiliki seorang anak. Sampai sekarang jika ibu saya bertemu dengan si pria malang itu mereka hanya tertawa-tawa. Ibu saya tertawa lucu dan si pria malang tertawa sumbang, hahaha.

***

Cerita lainnya adalah ketika ibu saya dituduh menjadi penyalur tenaga kerja cabul. Ibu saya memiliki seorang teman yang baru saja membuka restoran dan membutuhkan karyawan. Dia segera saja mencoba bersikap baik dan mencarikan beberapa orang dari kampunya nun jauh di pedalaman. Dua bulan kemudian, rumah saya didatangi oleh beberapa orang berpakaian militer dan memaksa masuk rumah dan memaksa untuk membawa ibu saya untuk diintrogasi. Untunglah ada bapak saya bisa bersikap tenang saat itu. Bapak saya bilang ke militer yang kali itu bertindak bak preman, “seenaknya membawa istri saya, ini namanya penculikan. Ceritakan masalahnya baru kemudian kita bicarakan”. Entah karena bapak saya begitu berwibawa atau berbadan besar, para militer itu terdiam dan mulai bercerita.

Edodoe, ternyata terberita di kampung ibu saya bahwa para karyawan tersebut bekerja di sebuah tempat mesum dan bukan di restoran baik-baik. Jadi para orangtua itu meminta bantuan saudaranya yang militer untuk “mengamankan” ibu saya. Untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini akhirnya saat itu juga ibu saya membawa para pria beseragam itu ke restoran sahabatnya untuk membuktikan bahwa restoran itu tempat baik-baik. Tak lupa ibu saya makan banyakkkkk sekali di restoran itu bahkan minta bungkusan untuk dibawa ke rumah, kemudian ibu saya berucap pada militer itu”bapak-bapak harus bayar makanan saya. Saya kalau syok dan takut harus makan banyak”. Cerita ini kerap menjadi bahan ledekan kami jika berkumpul di rumah untuk ibu saya. Hahaha, dan ibu saya hanya mesem-mesem saja.

***

Cerita berikutnya juga tidak kalah heboh. Ingat betapa hebohnya pemerintah menyelenggarakan perayaan 50 tahun Indonesia merdeka? Pasti ingat kan? Perhelatan itu dulunya sangat wow!!!Nah, sebagai warga Negara yang baik ibu saya pun berpartisipasi dengan cara mengibarkan bendera (kalau tidak salah diharuskan seminggu penuh ketika itu).

Tiba-tiba suatu pagi, tanpa disangka-sangka, pak camat inspeksi mendadak dan beneran MENDADAK berhenti di depan rumah saya dan mengetuk pintu rumah. Ibu saya kaget sekali mendapat “kunjungan” camat itu, terlebih saat itu dia hanya sendirian di rumah. Ternyata oh ternyata, si camat marah sekali melihat bendera yang terpasang di halaman rumah. Bendera itu berwarna PUTIH MERAH. PUTIH diatas dan MERAH dibawah. Bendera itu terbalikkk!!!malangnya rumah saya terletak di jalan yang termasuk jalan penting dan ramai. Jadi si camat serius marah dan meminta ibu saya ikut menghadap ke kantor camat. Ibu saya ketakutan lantas berucap, ”bukan saya pak. Suami saya yang pasang. Besok saya suruh dia datang menghadap”.

Malang bapak saya, demi istri tercinta dia pun menghadap si camat dan bikin surat pernyataan. Sejak saat itu bapak dan ibu saya selalu memasang bendera bersama-sama (seperti petugas paskibraka yah bowww!!), hahaha!!

***

Dengan cuplikan cerita-cerita diatas, saya berharap siapapun yang membaca tulisan ini bisa mendapat gambaran apa yang saya maksudkan denga kelucuan ibu saya yang alami. Waaahhh, bagi saya itu bukan hanya sekedar untuk lucu-lucuan saja, tapi menginspirasi saya. Ibu saya selalu ingin berbuat yang baik meskipun tidak selalu berujung baik sesuai dengan yang direncanakan. Tapi dia menjadi apatis lantas berhenti berbuat baik. Selain itu saya juga belajar dari ibu saya, bahwa memang seringkali hidup berjalan terlalu berbeda dari yang direncanakan, tapi harus tetap ceriaaaaaaaaaaaaa!!I love you mom!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun