Mohon tunggu...
rinadebora pasaribu
rinadebora pasaribu Mohon Tunggu... lainnya -

Cry a lot, laugh a lot. Dream a lot, struggle a lot

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Sinetron Berbicara Salah tentang HIV/AIDS

18 Desember 2011   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya memiliki begitu banyak alasan untuk tidak menyukai sinetron Indonesia yang tayang tanpa henti di sebagian besar televisi nasional kita. Bukan berarti saya tidak menyokong program televisi kita menjadi tuan atas negerinya sendiri ataupun saya mengerdilkan selera mereka yang menyukai sinetron Indonesia. Bukan. Saya hanya memiliki alasan sendiri untuk tidak menyukai sinetron, seperti: ceritanya yang selalu "cinderelaism", casting yang asal-asalan (baca:ibu dan anak sama mudanya), dandanan yang aneh (adegan bangun tidur tapi dengan make up warna-warni), dan yang paling menyedihkan adalah sinetron-sinetron itu umumnya miskin fakta/informasi yang benar.

Malam mini tanpa sengaja saya melihat adegan sinetron karena saluran berita yang sedang saya tonton sedang commercial break. Iseng-iseng saya menyasar ke salah satu sinetron di saluran televisi yang dulu katanya paling oke. Kalau tidak salah judulnya "binar, bening, berlian". Saya tak mengenali pemerannya dan mengerti jalan ceritanya. Satu-satunya alasan saya menyaksikan sinetron itu sekitar selama 10 menit hanyalah karena secara tak sengaja saya mendapati informasi yang salah dalam adegan sinetron itu.

Diceritakan dalam adegan yang bersetting di sebuah Rumah Sakit itu, ada seorang perempuan yang diteriaki sebagai pelacur (satu lagi alasan saya tidak suka sinetron; selalu bertaburan kata-kata kasar). Kemudian ada seorang laki-laki yang mengucapkan kalimat begini: "kan sudah aku bilang kalau mau periksa HIV/AIDS di puskesmas saja, tidak mungkin rumah sakit semewah ini mengizinkan kamu menyebarluaskan virus disini". Perempuan itu pun menangis, dan tak lama ada seorang satpam memaksanya kelaur dengan alasan takut menyebarkan virus HIV/AIDS.

Sekarang mengerti kan mengapa saya menyebutkan sinetron kita miskin fakta??

1. Faktanya adalah virus HIV/AIDS tidak akan menular hanya karena seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) hadir di suatu tempat. Karena HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu: darah, air mani, cairan vagina, air susu ibu. Jadi penularan HIV harus "melibatkan" cairan2 tubuh tersebut utk terjadinya penularan, yaitu: bersenggama yang membiarkan; darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil), memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV, dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri.

Nah, dalam hal ini sinetron (yang tayang prime time) sudah gagal menyampaikan informasi yang benar alih-alih justru menciptakan stigma; HIV bisa menular orang lain hanya dengan kehadiran seorang pengidap HIV/AIDS di suatu tempat.

2. Stigma ini diperkuat dengan adanya petugas keamanan sebuah rumah sakit yang memaksa si perempuan tadi untuk pergi meninggalkan rumah sakit tersebut. Sehingga terkesan, memang HIV/AIDS bisa menular hanya dengan kehadiran seorang ODHA di suatu tempat, buktinya seorang petugas di rumah sakit-yang notabene adalah lembaga kesehatan terpercaya- saja mengusir perempuan tersebut.

Menyedihkan sekali saat para ODHA dan banyak pihak berjuang agar ODHA bisa bebas dari stigma, namun sinetron di televisi justru malah memperkuat stigma tersebut.

Komunikasi pada dasarnya bertujuan untuk: menginformasikan, mempengaruhi, menghibur, dan mendidik. Sinetron juga dapat dikategorikan sebagai bentuk komunikasi, yakni komunikasi massa. Yah sekalipun mungkin sinetron lebih menekankan fungsi hanya sebagai hiburan, tetap saja seharusnya sinetron dibangun dengan fakta-fakta yang akurat agar bisa menyebarkan informasi yang benar, bahkan berfungsi juga untuk mendidik dan mempengaruhi penontonnya untuk menerima value yang positif.

Karena sayang sekali jika sinetron yang ditonton oleh jutaan masyarakat hanya diisi dengan dialog-dialog yang tidak sesuai fakta, kebenaran, atau ilmu pengetahuan. Karena jika itu yang terjadi tak lebih sinetron hanya menjadi hiburan yang sembrono dan tak berbobot. Semoga kedepannya sinetron kita bisa lebih menyajikan fakta yang akurat sebagai faktor pendukung jalan cerita daripada sekedar teriakan-teriakan kasar disertai mata melotot sadis para pemerannya.

*sebuah tulisan yang tanpa maksud untuk dipas-pasin dengan perayaan hari HIV/AIDS sedunia, 1 Desember yang lalu hehe...*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun