Mohon tunggu...
RINA ANJEL
RINA ANJEL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mendalami management media massa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sempat Banyak Diminati, Benarkah Reality Show sebagai Konsep Pelepasan Emosi?

13 Juni 2022   00:07 Diperbarui: 13 Juni 2022   00:10 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stasiun televisi merupakan suatu media hiburan yang mampu menghadirkan beraneka ragam pilihan hiburan ataupun program hal tersebut diupayakan untuk menjangkau permintaan pemirsa dari berbagai kalangan usia. Berbagai program acara di televisi dihadirkan sebagai tontonan gratis yang tentu saja dapat dinikmati kapan saja oleh para pemirsa dan berbagai variasi acara televisi tersebut mencakup beberapa kategori seperti sinetron, berita, komedi, talkshow, dan lainnya. Maka dari itu kita dapat melihat beberapa stasiun televisi membuat program yang sama diakibatkan setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menciptakan program hiburan yang diminati masyarakat.

 Produser ataupun pihak televisi wajib bertindak sebagai produsen untuk memuaskan konsumen dengan berbagai program tayangan televisi. Pemilik stasiun televisi tentunya mengejar antusiasme pemirsa dari acara-acara yang ditayangkan mulai dari saya tayangan yang sedang viral ataupun eksis hingga tayangan edukasi. Televisi juga tidak peduli apakah sebuah tayangan tersebut berkualitas atau tidak karena pada saat ini konsumen ataupun pemirsa sendirilah yang menentukan tayangan mana yang mereka tonton dan menurut hasil riset ataupun analisa menonton lebih menyukai tayangan hiburan misalnya seperti konten prank, reality show dan juga berbagai tayangan hiburan lainnya. Awalnya setiap televisi berlomba-lomba untuk menayangkan tayangan edukasi namun sayangnya selera masyarakat terkadang mengacu kepada acara-acara yang konyol atau tayangan yang tidak berisi sama sekali.

Hadirnya program talkshow di televisi sempat menjadi viral dan setiap produser berlomba-lomba untuk membuat beragam program talk show dengan segmentasi yang berbeda-beda mulai dari yang kelas atas ataupun yang kelas bawah atau berdasarkan usia. Alasan mengapa pemirsa lebih memilih untuk menonton reality show ataupun talk show karena terdapat humor yang kreatif yang akan mengocok perut selain itu house juga dengan sukses membawakan acara bincang-bincang yang dapat meluap kan emosi antara aktor dengan penonton. Dapat dilihat secara langsung contoh dari program-program tersebut seperti termehek-mehek, Rumah Uya, rumpi no secret, dan lainnya. Program tersebut banyak diminati masyarakat dikarenakan adanya pelampiasan emosi yang terjadi pada saat talkshow ataupun reality show ini tayang.

Termehek-mehek pernah mendapatkan rating tinggi dan juga share tertinggi hingga 36% pada tahun 2009 juga mendapatkan penghargaan panasonic awards. Acara reality show yang menyedot penonton sejak dibuat tahun 2008 ini mengisahkan tentang pencaharian orang yang hilang diakhiri dengan fakta-fakta yang tidak terduga. Namun dapat kita lihat bahwa beberapa reality show ataupun konten hiburan yang mirip dengan reality show tersebut turun pamor seiring perkembangan waktu karena banyak yang mengklaim bahwa program ini merupakan program rekayasa. Awalnya pemirsa akan menyerang bawa program ini sebagai pelepasan emosi ataupun untuk mengekspresikan emosi kita ketika ada program yang dapat menuangkan segala isi hati dengan bebas atau mencurahkan emosi dengan bebas. Berbeda dengan seperti berita, reality show lebih seperti sarana untuk melepaskan ketegangan dan juga kecemasan yang sedang dirasakan.

Produser ataupun pemilik stasiun tv akan mempertimbangkan sebuah program dengan tingkat rating yang tinggi karena tentunya mendatangkan laba melalui iklan iklan. Pendapatan dari iklan tersebut tentu tidak main-main maka dari itu perlu untuk dipertahankan apabila reality show tersebut masih mencapai rating tertinggi tetapi akibat persepsi ataupun klaim masyarakat yang mengira bahwa setiap reality show sudahlah di rekayasa.

Seperti teori Burke, membandingkan kehidupan dengan sebuah pertunjukan yang menyatakan bahwa dalam sebuah karya teatrikal maka kehidupan membutuhkan adanya seorang aktor dan sebuah adegan serta beberapa alat untuk terjadi adegan itu dengan sebuah tujuan. Jika hal tersebut sudah tidak dapat diterima lagi oleh masyarakat maka realityshow ini tidaklah dapat menjadi konsep pelepasan emosi secara alami karena penonton akan menerima persepsi bahwa konten tersebut merupakan rekayasa dan untuk mengeluarkan emosi kemanusiaan sudahlah tidak dapat lagi tersalurkan secara alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun