Mohon tunggu...
Rina Afrina
Rina Afrina Mohon Tunggu... -

Kerja, kuliah, dan mencoba peruntungan masa depan di :\r\nwww.tanahabangonline.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Suriah, Skenario Pelik dan Ketidakberdayaan Kita Menyikapinya

29 Agustus 2013   22:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ramai pemberitaan media tentang Timur Tengah yang bergejolak membuat saya penasaran untuk mengikuti cerita yang sebenarnya.  Bagai menyusun skripsi, saya harus sering menyeritkan dahi manakala membaca berbagai pemberitaan dan nara sumber yang simpang siur dan berdiri mewakili bendera serta warna penulisnya.  Tapi, sebelum saya merangkum apa yang saya baca secara panjang lebar, saya mau menukilkan pidato Presiden Iran yang mementahkan argumen banyak orang bahwa konflik Suriah adalah perang internal agama Islam, antara Syiah dan Sunni.

"Sebenarnya kedua belah pihak yang berkonflik di Suriah adalah bukan Syiah dan Sunni, namun mereka adalah antara para pendukung dan penentang perlawanan anti-Zionis,'' ujar Ali Khamenei dalam acara Pembukaan Konferensi Ulama dan Kebangkitan Islam.

Menurut dia,  kampanye dan propaganda dari media Barat dan kaki-tangannya, serta tentara bayaran di wilayah tersebut berpura-pura menyatakan bahwa perang yang menghancurkan di Suriah adalah konflik Syiah-Sunni.

''Mereka membuat margin keamanan bagi Zionis dan musuh-musuh perlawanan di Suriah dan Lebanon," ungkap Ali Khamenei.  ''Demikian pula oposisi sekuler dan anti-Islam bukanlah kelompok Sunni."

Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran itu menyatatakan, satu-satunya pencapaian dari komplotan skenario berbahaya itu adalah  mereka telah berhasil memanfaatkan sentimen keagamaan mereka yang berpikiran sederhana untuk menyulut api yang mematikan ini.

(Sumber : http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/05/02/mm5meo-ali-khamenei-perang-suriah-bukan-konflik-syiahsunni)


Sangat disayangkan sebagian besar media massa di Indonesia hanya mengekor pemberitaan mainstream media Arab dan Barat yang mengarahkan konflik ini menjadi konflik sektarian antara Sunni-Syiah. Media massa Barat tak hentinya mempropagandaka­n informasi yang tidak benar untuk mengobarkan kebencian sesama muslim dan memecah-belah ukhuwah Islamiyah, khususnya diantara Sunni dan Syiah. Faktanya, konflik di Suriah adalah konflik politik dan sama sekali BUKAN konflik antara Sunni dan Syiah. Meskipun berasal dari kelompok Alawi, Bashar Assad dan ayahnya adalah pemimpin yang secara ideologis beraliran Baath yang sekuler.

Kelompok Alawi sendiri tidak mengikuti fiqih Ja’fari yang diikuti Syiah, melainkan fiqih Hanafi dan Maliki seperti layaknya Sunni. Tidak adanya warna mazhab Syiah juga dapat dilihat dari komposisi pemerintahan Assad saat ini dimana tiga menteri di kabinetnya berasal dari kelompok kristen. Salah satunya adalah Jenderal Daud Rajhi yang menjadi Menteri Pertahanan.

Sejarah Alawi dan Politik Suriah Untuk dapat membaca peta konflik Suriah dengan tepat, diperlukan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang kelompok Alawi yang saat ini memerintah di Suriah. Di sebuah perpustakaan di Lebanon, terdapat Kitab al-Mausu’ah al-’Alawiyyah. Kitab yang berjumlah 15 jilid ini merupakan ensiklopedia sejarah yang lengkap tentang kelompok Alawi. Di dalamnya kita dapat menemukan sejarah panjang Alawi; pembentukan; penderitaan ratusan tahun mereka; akidah, tokoh-tokoh mereka dan sebagainya.

Alawi secara akidah mengakui imamah (kepemimpinan) Imam Ali sampai Imam Husein dan mereka juga mengakui khilafah dari al-Khulafa Ar-Rasyidin. Selain itu, mazhab fiqih mereka tidak mengikuti Imam Ja’far (yang menajdi mazhab fiqih Syiah), melainkan mazhab oplosan Hanafi dan Maliki. Namun, Alawi pada dasarnya tidak mengenal atau memperkenalkan fiqih karena mereka tidak mewajibkan penganutnya untuk mengamalkan syariat apapun.

Alawi menganggap berwilayah (mengakui dan mengikuti kepempinan) kepada Imam Ali akan menjadi jaminan masuk surga. Ajaran terakhir ini yang menyebabkan mereka dianggap zindiq (sesat) baik oleh jumhur Syiah sendiri maupun Sunni.  Sejak dulu Assad Senior menolak menjadikan Suriah menjadi negeri religius. Menurutnya, Alawi lebih baik menjadi sekuler. Lebih baik Alawi di Suriah, Lebanon dan Turki ini tetap menjadi sekuler, bahkan ateis sekalipun.

Sebagai gantinya Assad Senior memainkan dua kartu sekaligus semasa berkuasa: memberikan otoritas agama pada kaum Sunni, bahkan yang anti Syiah sekalipun, tetapi memegang erat kendali politik serta beraliansi dengan Iran. Assad pun kemudian mendapat banyak keuntungan dari kebijakan ini. Setelah Assad Senior meninggal, Bashar Assad mempertahankan kebijakan politik ayahnya. Selain mempertahankan hubungan baiknya dengan Iran, Bashar juga membangun hubungan sangat baik dengan Arab Saudi sejak awal dia memegang tampuk kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun