Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Diary

Corona: From Pandemic to Endemic (Hidup yang Berubah)

18 Maret 2022   15:00 Diperbarui: 18 Maret 2022   19:45 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup kita berubah, pola pikir dan kebiasaan kita berubah karena pandemi ini. Buat saya pribadi, yang paling terasa perubahannya adalah kebiasaan ngemall. Yes, that’s!  Saya termasuk “anak mall”  yang bisa betah berjam-jam menghabiskan waktu di mall, apalagi pas masih stay di Jakarta dulu. Tiada hari tanpa ke mall dan tiba-tiba semua itu harus stop, bahkan mall juga sempat harus ditutup dan dibatasi jam operasionalnya. Pernah sih ke mall di awal-awal pandemi, berasa kayak owner yang lagi sidak deh...sepi banget. Dan pada akhirnya saya jadi malas ke mall lagi, mikir-mikir juga sih mau lihat apa, mau ngapain, belum kalo masuk mesti ikuti protokol kesehatan, dst...Bisa ke Indomaret dan Alfamart saja udah senang, udah cukup...setidaknya nggak perlu ribet kayak ke mall. Mendadak jadi “akrab” juga dengan aplikasi belanja online seperti Shopee dan Tokopedia. Trus hampir semua supermarket dan mini market juga menyediakan aplikasi dan layanan delivery. Makin enak lah kita di rumah saja, sekaligus makin konsumtif. Ada rasa bahagia tersendiri ketika dengar suara kurir teriak, “Paket!” Hohoho...padahal tuh paket juga barang pesanan kita sendiri, yang biasanya juga kita bayar sendiri :P :D

Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini mendatangkan rasa takut dan panik. Dan puncaknya tentu saja pada saat gelombang ke-2 Covid melanda Indonesia di pertengahan tahun 2021. Varian Delta membuat situasi dan kondisi terasa mencekam. Betapa tidak: banyak yang terpapar, rumah sakit full, oksigen menjadi barang langka yang mahal dan ambulans lewat di jalan-jalan dengan raungan sirinenya.  Berita duka kematian sudah seperti makanan sehari-hari.  Belum lagi di pemakaman dan krematorium jenazah pun antre lagi. Petugasnya kelelahan, dari pagi sampai pagi lagi...kasihan :( Long term battle yang menyisakan duka dan kesedihan mendalam. Betapa menjaga inner peace dan kewarasan tidak mudah di saat-saat itu...

Saat varian Omicron masuk ke Indonesia di penghujung tahun 2021, bisa dibilang kita sudah jauh lebih siap. Cakupan vaksinasi, tingkat herd immunity dan tetap disiplin protokol kesehatan, memungkinkan kita menghadapi serangan Omicron secara lebih baik. Kekhawatiran akan terjadinya gelombang ke-3 Covid...Thanks GOD!...tidak sampai terjadi. Seorang teman di Jakarta dia terpapar 2x. Yang pertama di akhir tahun 2020 dan yang kedua Maret 2022 ini (Omicron). “Saya sudah anggap kayak flu biasa aja, Mbak. Kalo memang waktunya kita tertular ya sudah, nggak usah panik. Saya isoman dan ikuti prosedur di aplikasi peduli lindungi, ada link ke Kemenkes RI. Alhamdullilah saya dikirimi obat dan vitamin.”  Demikian juga dengan seorang teman di Malang yang punya kormobid dan terpapar 2x. Yang pertama awal tahun 2021 dan yang kedua Maret 2022 (Omicron). “Di rumahku jadi ada 2 kubu, Rin. Kubu sehat vs sakit. Mungkin karena udah pernah kena, jadi kita nggak sepanik dulu, ketawa-ketawa aja. Wah...positif lagi! Hehehe...Yang penting kita pakai masker kemana-mana.” Lalu juga seorang teman di Surabaya yang baru 1x ini terpapar Covid (Omicron) di bulan Februari 2022 lalu. “Sepertinya virus ini dibawa ama Mamaku, lalu nular ke aku dan 2 anakku. Suamiku doang yang strong, mungkin karena dia sudah booster jadi pengaruh ke stamina. Kita isoman di rumah, udah nggak pake tes-tes an, diobati sendiri aja...”

Begitulah...banyak kisah seputar Omicron ini. Tapi nyatanya Omicron bukan varian terakhir dari Covid-19, masih ada “anak, cucu dan sodara-sodaranya”  yang terus bermutasi. Termasuk yang terbaru ada varian Deltacron yang sudah masuk di wilayah Eropa dan AS. Namun demikian, menurut para Epidemiolog yang saya baca di koran, resiko yang ditimbulkan terkait mutasi virus ini akan semakin mengecil. Dan pengalaman “mahal” selama dua tahun pandemi kiranya memampukan kita, khususnya di Indonesia ini untuk masuk ke fase selanjutnya: ENDEMI (ENDEMIC) :)

Di bulan Februari-Maret 2022 sejumlah pelonggaran mulai diterapkan oleh Pemerintah Indonesia. Sekolah dan kampus mulai dibuka kembali untuk PTM. Kapasitas dan sistemnya menyesuaikan dengan level PPKM di wilayah terkait. Bagi pelaku perjalanan darat, laut dan udara tidak diperlukan lagi Tes Antigen atau PCR jika sudah menerima vaksinasi lengkap. Kapasitas transportasi umum seperti busway, KRL dan MRT pun sudah kembali 100% seiring dengan penurunan level PPKM. Tanda jaga jarak di beberapa public area juga mulai dihapuskan. WNA sudah bisa masuk ke Indonesia dengan Visa Kunjungan maupun Visa on Arrival (VOA), dengan masa karantina yang disesuaikan dengan dosis vaksinasi yang sudah diterima. Satu demi satu negara tetangga juga sudah mulai open border, bahkan kabarnya per 1 April 2022 aturan karantina akan dihapuskan :)

Perkembangan ini tentu sangat menggembirakan, namun kita tetap harus waspada dan jangan sampai lengah. Karena jika nanti benar-benar sudah Endemi, disiplin terhadap protokol kesehatan akan kembali ke diri kita masing-masing. Jadi mau taat protokol kesehatan atau tidak, terpapar virus atau tidak, dst...akan menjadi tanggung jawab pribadi. Karena memang begitulah inti dari Endemi, virus tetap ada tapi kita menganggapnya sebagai   “teman” bukan lagi sebuah ancaman.

Semoga kita bisa ya apapun yang harus dihadapi menuju Endemi nanti. Kiranya TUHAN selalu menjaga melindungi dimanapun kita berada. Amin!

Tetap sehat, tetap waras dan tetap semangat :)

sumber gambar : FB Think Positive Power
sumber gambar : FB Think Positive Power

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun