Padahal saat kita berhenti berpikir, ketakutan otomatis berhenti. Galau berhenti, gelisah berhenti. Berhenti berpikir adalah akhir dari segala mimpi buruk manusia, sekaligus mimpi indahnya.
Namun, sebagai makhluk berakal yang diciptakan oleh Allah Swt., berpikir merupakan perintah-Nya, yang tertuang dalam beberapa Firman-Nya. Antara lain:
“Mengapa kalian menganjurkan orang lain untuk berbuat baik, sedangkan kalian melupakan diri sendiri, padahal kalian membaca kitab suci? Tidakkah kalian berpikir? (QS 2: 44).
“Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal” (QS 3: 7).
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” (QS 3: 191). Dan ayat-ayat lainnya, yang mengajak kita untuk berpikir.
Berpikir di sini dalam arti, tidak overthinking yang mengarah pada negative thinking yang berpotensi memicu stres dan mengganggu kesehatan mental kita. Namun, berpikir dengan kesadaran penuh (Mindful Thinking).
Dan metode Mindfulness merupakan salah satu metode meditasi yang digunakan untuk melatih seseorang lebih fokus dalam berpikir, dan lebih sadar dengan keadaan sekitar, serta lebih mampu mengendalikan emosi.
Saat pikiran tenang, kita akan mudah fokus dan sadar dengan situasi yang terjadi di sekitar kita, maka kita pun akan mudah mencari solusi atas sebuah persoalan. Serta mampu memetik hikmah di setiap peristiwa. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan selalu menyertai kehidupan kita sehari-hari.
Demikian ulasan penulis terkait membangun kesadaran berpikir. Semoga tidak membangongkan hehe. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H