Pada semilir angin mamiri di tanah rantau.
Kutitipkan sepucuk puisi, yang kugoreskan di selembar daun lontar, teruntuk seorang pria di tanah Somba.
Dia yang melahirkan aku dari rahim jiwanya.
Membesarkan aku dari tiap tetesan peluhnya yang jatuh tanpa keluh.
Dan diam-diam menitikkan air mata, saat hadir pria idaman lain di hidupku.Â
Ayah...
Di usiamu yang semakin senja, entah berapa bait syair tersisa menemani malam-malammu, hingga kau terlelap damai dalam puisiku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI