nilah cinta yg harus berakhir luka,penantian yg selama ini ku pertahankan hanya menemukan titik kebohongan
Apa yg harus ku lakukan sementara HARTA yg kau pilih bukan kesetiaan
Aku emang terbiasa dengan rasa luka tapi rasa sakit ini sungguh berbeda ada yg menyakitkan kala janji hanya sebuah ilusi dan rasa ketidakikhlasan ini masih membayangi ditiap inti hati...
Sayang...
Jangan sampai ketidakihlasan ini ku bawa sampai di liang kubur
Ku cuma gak mau ini akan menjadi kutukan buat mu yg tak bisa di ukur...
Hitam kelap malam berjalan pelan
Rembulan kian kelam berlahan menahan bersama rintiknya hujan
Bersama alam ku bersenandung adakah dia yg ku sayang masih melilit kerinduan
Rasa yg kian lama menjalar dalam tumpuan akhirnya telah sirna tertelan dusta
Fundasi penantian yg bangun dengan darah ketulusan
Akhirnya kau robahkan dengan sekali hentakan
Achhhh.....guncang ku belari mencari hati tak dapat ku temui
Lantang ku caci maki tak dapat terobati
Kau yg ku cintai akhirnya menghianati
Pecah berserak muak luluh hati mengadu arak
Tak tahan letih meronta benamkan rasa terpatri perih
Teringat janji-janji manis yg pernah kau ucap
Sayang....
Masih ingatkah kau
Saat kau ucapkan sebaris kata
bahwa kau tak akan menyakiti ku
Dan masih ingatkah kau
Saat kau berikrar pada ku
Bahwa kau akan hidup dengan ku walau dunia menjungkir balikan rasa mu
Tapi APA.....
Inilah bukti nyata kesombongan mu
Kau jilat ludah mu sendiri di depan mata ku
Kau rajam mulut mu dengan kebohongan mu
Kau pahat hati mu dgn ukiran-ukiran dusta mu
Kadang resah harap ku terpendam marah
Tinggalkan hilang terjang lara Hanyut hingga terbawa amarah
Hati ini begitu bersih kenapa kau campur bakteri
Murninya nadi kenapa kau taburi pecahan duri
Hingga terinpeksi karena janji yang teringkari.....
Rina Piliang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H