Jika ditanya mengenai ustadz, tak banyak yang bisa keluar dari mulut saya. Yang bisa saya sebutkan hanya segelintir. Sebut saja Abdullah Gymnastiar atau AA Gym, Abdul Somad (UAS), dan Ustadz Maulana. Sebab, saya memang tak mengikuti atau memiliki pendakwah panutan secara khusus.Â
Namun, di antara ketiga nama tersebut ceramah AA Gym yang paling berbekas. Konsep 3M yang booming di awal milenial yang realistis dan bisa diterapkan.Â
Ini bukan tentang  protokol kesehatan dengan menerapkan 3M, menggunakan masker, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan.Â
Namun, 3M yang dimaksud di sini yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang. Prinsip yang masih saya jalankan sampai sekarang.Â
Kalau saya tidak lupa saya mendengar ceramah itu semasa semester kuliah. Masa-masa mencari jati diri dan motivasi. Aa Gym dengan bahasanya yang santuy cepat dapat saya terima sebagai orang Jawa.Â
Bangkit dengan 3M
Ketika kuliah saya bukan mahasiswa dengan nilai akademik tinggi. Waktu itu saya hanya berharap bisa lulus S1 cepat dengan pengalaman segudang. Begitu lulus dapat kerja.Â
Alasannya karena saya sudah bosan sekolah. Dua tahun TK, 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA. Artinya 16 tahun untuk sekolah.Â
Jika ditambah kuliah, waktu normal untuk lulus 4 tahun berarti 20 tahun hidup saya hanya untuk bersekolah. Saya ingin segera bekerja dan mendapat uang sendiri. Gaya saya waktu itu.
Untuk bisa mencapai target saya tersebut ternyata terseok di awal. Semester satu IP saya berada di angka 2,5. Awalnya saya puas karena katanya itu sudah aman.Â
Dasar saya culun ya. Ketika ngobrol-ngobrol, nyali saya menciut sebab kalau mau aman setidaknya punya IPK 2,75. Itu rata-rata standar perusahaan bonafit dan jika ingin mendaftar menjadi PNS.