Semester dua saya harus mengejar ketertinggalan. Periode saya sudah mengenal organisasi dan kegiatan luar kampus. Di saat itulah, saya ingin berubah lebih baik.Â
Memperbaiki cara belajar lebih mandiri dan lebih aktif mengikuti sistem perkuliahan berbeda dengan masa SMA yang cenderung menunggu perintah guru. Saya juga bergaul dengan komunitas kampus yang sesuai minat saya.
Di sinilah saya dipertemukan dengan konsep 3M ala AA Gym. Dulu saya orang yang sering mencari-cari alasan. Saya belum punya komputer pribadi dan print ketika awal kuliah. Waktu itu laptop masih jarang.
Saya harus ke rental komputer setiap pulang kuliah atau sebelum kuliah. Hal itu saya jadikan alasan untuk membenarkan nilai saya yang jelek.
Mayoritas materi disampaikan dalam power point. Mahasiswa yang memiliki flashdisk bisa menyalinnya. Flashdisk pun sangat berharga, Tuhan. Tugas dikerjakan dengan komputer dan harus di print.Â
Bayangkan uang lebih yang harus saya keluarkan untuk rental dan urusan cetak mencetak. Sementara, bekal pas-pasan untuk isi bensin dan makan.
Sudah menyerah dengan keadaan, saya suka menunda-nunda pula. Setiap ada tugas, saya nanti-nantikan. Giliran jelang dikumpulkan saya belum siap karena kurang referensi.Â
Sementara itu, mahasiswa lain tak sedikit yang membeli buku pendamping. Saya mentok di buku ajar. Saya kerap kelabakan hingga tak maksimal.
Dengan kebiasaan seperti itu mustahil bagi saya meraih target. Prinsip 3M menyentil saya. Saya harus mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan saat ini juga. Saya tak boleh terus merengek minta komputer. Sementara buat saku dan membayar SPP dan SKS saja kedua orang tua sudah ngos-ngosan.Â
Jika ada kuliah jam 7 pagi, jam 6 saya sudah berangkat. Saya bisa mampir ke warnet sebentar. Untuk sekedar browsing mencari referensi dan menyicil mengerjakan tugas mengetik di word. Jangan bayangkan saat saya kuliah sudah ada ponsel pintar. Untuk mencetaknya saya pilih di rental karena lebih murah daripada warnet.Â