Sahur on the Road (SOTR) menjadi sorotan. Agenda yang bermaksud baik ini telah dikotori oleh mental oknum yang tidak bertanggung jawab.
Yang bikin geleng-geleng, peserta konvoi SOTR ada yang kedapatan membawa senjata tajam seperti clurit, golok, dan gir. Sehingga pecahlah bentrok di beberapa lokasi di Jakarta Selatan. Terdapat juga yang membawa minuman keras. Seolah sok jagoan, arogansi mereka tidak bisa diingatkan dengan menyiramkan air keras ke seorang warga di Jatinegara.Â
Sebagai wujud eksistensi yang tidak pada tempatnya, oknum juga melakukan vandalisme di underpass Mampang. Contoh rentetan stigma negatif SOTR tersebut terjadi Minggu dini hari 3 Juni 2018 kemarin. Kalau sudah begitu pantaskah mereka berpartisipasi dalam SOTR?
Sahur berarti menjalankan sunnah agar puasa menjadi kuat. Di dalam makan sahur pun terdapat keberkahan. Sehingga SOTR harusnya menjadi moment bagi siapa yang melaksanakan untuk berbagi kebahagiaan, kesenangan, dan keberkahan terhadap sesama. Adanya aksi tercela tersebut telah mencoreng kebaikan sahur.
Menurut Ustad Zaki Mirza, bekal peserta SOTR harusnya nasi box, minuman bahkan uang untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Peserta SOTR harus tertib berlalu lintas, disiplin, dan menjaga kebersihan. Dalam Islam, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Bagi pemerintah, harus terdapat aturan dan sanksi yang tegas bagi oknum yang menyalahgunakan SOTR.
Setidaknya ke depan, harus ada izin minimal dari kelurahan untuk memberikan tempat dan mengarahkan SOTR. Sedangkan menyikapi SOTR yang tidak etis, Wakil Gubernur DKI Jakarta mengganti SOTR dengan SITM, sahur yang dilaksanakan di masjid. SITM bisa mencegah hal-hal yang tidak bertanggungjawab dan beralih menjadi kegiatan positif seperti salat subuh berjamaah, mendengar ceramah, dan tadarus.
Namun tak semua SOTR berstigma negatif. SOTR merupakan salahsatu implementasi muamalah yaitu ibadah yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan hidup. Sebab, kesempurnaan iman adalah menjaga hubungan dengan Alloh SWT, manusia, dan lingkungan. Misalnya SOTR dengan berbagi kepada anak yatim, ke pesanten, anak jalanan, dan panti jompo. Inilah SOTR yang sesungguhnya.
Namun memang lebih baik jika sahur ada tempatnya seperti SITM. Sehingga tidak mengundang kejahatan, kesemrawutan di jalan, sampah berserakan, dan hal yang tidak diinginkan. Mengordinir massa akan lebih mudah jika di lakukan di lokasi tertentu. Acara juga bisa berjalan lancar sesuai rundown. Dan, pastinya mencegah peserta membuat "acara" diluar jalur/jadwal.
Baca juga ya artikel aku sebelumnya: Teroris Merenggut Kebahagiaan Masa Kecil RamadhankuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H