Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Rumah Tangga Harus Melek Digital, Kenapa?

17 Agustus 2017   23:32 Diperbarui: 10 September 2017   04:27 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Koran Jakarta

"Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat"

Kalimat tersebut terlontar begitu suami sudah mulai senyam-senyum sendiri saat memegang smartphone. Begitu pula sebaliknya, kalau saya kelamaan memegang handphone, dia balik akan menyindir saya. Baik sekedar chat di whats app yang rata-rata group maupun saling balas komentar di instagram, twitter, facebook maupun ngeblog.  Lalu, kami akan tersenyum dan meletakkan HP.

Rasanya sebuah kalimat sindiran yang pas untuk menggambarkan kondisi kebiasaan bermedia sosial masyarakat saat ini. Mereka yang secara geografis jauh justru yang dekat dibanding dengan yang duduk bersebelahan. Baik itu dengan keluarga maupun waktu bareng teman, berdekatan tapi saling cuek sibuk dengan gadgetmasing-masing. Anda pernah mengalami hal tersebut?

Hampir 98 persen dari sekitar 130 juta pengguna internet di Indonesia merupakan pengakses media sosial dengan aplikasi facebook, instagram, youtube, menyusul aplikasi lainnya. Sehingga tak heran jika kondisi di atas merupakan hal yang wajar kita jumpai sehari-hari. Namun, sehatkah kondisi di atas? Banyak jargon-jargon yang mulai dikampanyekan dan artikel yang mengulas bijak bermedia sosial. Seminar yang dilakukan oleh pihak terkait. Sebab, sesuatu yang sudah kecanduan akan menimbulkan ketergantungan yang berdampak negatif. Karenanya, perlu dihindari sejak dini salahsatunya melalui keluarga berketahanan.

Bagaimana caranya menghindari dampak negatif dari sosial media? Salahsatunya melalui peran keluarga utamanya seorang ibu. Sebab, ibu dialah tiang keluarga. Jika seorang ibu kokoh, maka keluarga tersebut  akan terhindar dari angin kencang buruknya sosial media.

  1. Ibu rumah tangga wajib melek digital. Status ibu rumah tangga yang gaptek nampaknya sudah tidak berlaku di era digital ini. Saat hampir semua orang sudah mempunyai smartphone bukan lagi alasan, ibu rumah tangga ketinggalan internet. Ibu rumah tangga harus mau belajar menggunakan internet dengan bijak dan setidaknya mengetahui cara menggunakan media sosial yang digunakan oleh keluarga.
  2. Ibu rumah tangga harus mengetahui akun media sosial keluarga (suami dan anak). Aneh kan ya, kalau istri tidak mengetahui akun media sosial suami atau anak? Siapa teman media sosial, apa garis besar timeline status media sosial, kita harus terbuka dan tahu bukan. Kadang status media sosial juga menjadi pemicu pertengkaran keluarga.
  3. Ibu rumah tangga harus meluangkan waktu mengecek status atau timeline sosial media anggota keluarga. Tidak harus setiap waktu ya sekedar tahu saja. Kalau terlalu kepo malah justru membuat pasangan merasa dimata-matai. Namun, yang terpenting mungkin kalau anak sudah beranjak remaja. Jangan sampai masa puber mereka yang sarat dengan masa kegalauan diumbar ke media sosial. Kembali ke peran ibu, saat-saat seperti ini ibu harus bisa "dekat" dengan anak agar curhatan mereka tak dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan bisa menimbulkan kejahatan.

Kenapa setidaknya hal tersebut harus dilakukan ibu rumah tangga?

  1. Mencegah hal yang tidak diinginkan seperti pertengkaran dalam keluarga. Kasus penculikan anak yang bermula dari perkenalan di media sosial dan kejahatan lainnya yang bisa dicegah apabila antar keluarga saling terbuka terhadap media sosial masing-masing.
  2. Jangan sampai ranah privasi menjadi konsumsi publik. Terkadang karena kesal dengan pasangan kita meluapkan dengan menuliskan status di media sosial. Seharusnya kita bisa menahan diri untuk hal demikian sebab bisa menjadi jalan pihak ketiga masuk.
  3. Mencegah kejahatan maupun terlibat cyber crime. Saat bermedia sosial kita juga dituntut smart, jangan sampau kita menjadi bagian yang ikut menyebarkan berita hoax. Alangkah baiknya kita mengecek kebenarannya kalau tidak yakin mending tidak usah ikut-ikutan broadcast.
  4. Menjaga keharmonisan keluarga. 

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Apa yang bisa dilakukan agar bisa bijak dalam bermedia sosial, di antaranya:
  1. Membatasi waktu anak bermain gadget.Ada waktu-waktu tertentu membiarkan anak memegang ponsel pintar. Jika sudah terlalu lama, kita harus pandai-pandai mengalihkannya. Jangan langsung memaksa karena biasanya anak langsung berontak. Kalau tidak ingin anak bermain smartphone maka alangkah baiknya sebagai orang tua kita juga menyimpan sementara alat elektronik ini sehingga anak tidak merasa cemburu dengan kita.
  2. Meluangkan waktu bermain bareng anak dan keluarga. Sangat sulit mengalihkan anak dari HP. Saya sendiri terkadang susah menyuruh anak yang sudah gemar menonton youtube padahal usianya masih balita. Main bareng seperti masak-masakan, dokter-dokteran, mewarnai cukup mengalihkan perhatiannya. Jika ayah sudah pulang kerja saya juga kerap melibatkannya. Saat liburan juga luangkan waktu bermain bersama atau sekedar makan di luar. 
  3. Tidak ada HP saat makan. Aturan terkadang penting untuk waktu yang berkualitas saat bersama keluarga.
  4. Mempertimbangkan kapan memberi hak milik HP kepada anak. Kalau saya pernah membaca sebuah artikel, Steve Jobs menyarankan anak diberi HP saat berumur 14 tahun. Sehingga sudah mulai bisa membedakan mana yang baik dan salah.

Uraian tersebut hanyalah saran dari saya seorang ibu rumah tangga agar di era media sosial ini yang dekat biar tetap dekat tidak hanya secara fisik. Media sosial seperti fungsinya adalah media untuk bersosialisasi dengan jejaring bukan untuk menggantikan fungsi keluarga. Saya rasa jika keluarga harmonis, saling terbuka dan percaya kemudian mengkomunikasikan apa-apa saja, tidak akan ada yang namanya kecanduan bahkan terkena dampak negatif media sosial. Karena semua tahu fungsi peran masing-masing. Keluarga tempat kembali dan sosial media untuk bersosialisasi.

Semoga melalui keluarga yang berketahanan, kita termasuk yang terhindar dari hal-hal negatif media sosial.

twitter: https://twitter.com/Rina_Darma13/status/898224223792971776

facebook: http://www.kompasiana.com/rina13/5995c1b276168166586dc462/ibu-rumah-tangga-harus-melek-digital-kenapa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun