Setiap orang yang melakukan sesuatu hal pasti mempunyai tujuan. Begitu pula mereka yang bergabung di forum Kompasiana. Tujuan setiap orang berbeda-beda dari yang menyalurkan hobi menulis, memburu lomba, dan lain-lain. Saya bergabung Kompasiana karena ingin menggabungkan hobi menonton pertandingan sepak bola dan menulis.
Kenapa sepakbola? Semua tentu berawal dari hobi menonton bola dari era Aji Santosa, Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas yang masih bintang baru layaknya Evan Dimas saat ini. Sepakbola secara pribadi selalu memberikan hikmah di setiap pertandingannya. Hidup saya pun sedikit banyak dipengaruhi oleh filosofi-filosofi sepakbola. Bahwa sebelum peluit akhir dibunyikan selalu ada kesempatan dan harapan untuk meraih kemenangan. Satu lagi yang tak pernah saya lupakan, khususnya Anda para penggila bola tentu ingat final Liga Champions Eropa antara Liverpool dan AC Milan, Liverpool yang sudah tertinggal 3-0, bisa menyamakan kedudukan 3-3. Pertandingan dilanjutkan hingga adu pinalti setelah pada babak perpanjangan waktu tak ada gol tercipta. Stadion Olimpiade Kemal Ataturk Turki menjadi saksi, Liverpool yang awalnya tertinggal, yang tak diunggulkan akhirnya memegang trofi Liga Champions dengan keluar sebagai juaranya. Keajaiban itu selalu ada bagi mereka yang berusaha dan bekerja keras. Tak menyerah oleh keadaan.
Salah satu impian saya adalah menjadi reporter sepak bola. Namun, mimpi tersebut sepertinya harus terpendam sebab usai bekerja dan memutuskan menikah saya memilih berkarya di dunia yang tidak terikat jam kantor. Tentu ini dipengaruhi kodrat sebagai seorang wanita, sebagai istri dan ibu. Dilema yang harus saya hadapi antara anak atau pekerjaan.
Hadirnya Kompasiana memberi harapan untuk saya bisa menulis tentang sepak bola, pikir saya. Namun ternyata sejak bergabung Oktober 2015, belum satu pun artikel tentang bola yang saya tulis. Alasannya klasik menjadi newmom tanpa baby sister yang harus mengikuti suami di Bandung. Manajemen waktu rasanya amburadul, boro-boro mau nonton sepak bola...
Akhirnya saya hanya menjadi silent rider di antara 300.000an anggota Kompasiana (sumber: Kompasiana, Semua Ada Apapun Bisa) Sangat tidak produktif, dari setahun bergabung hanya dua artikel. Artikel pun ditulis karena kompasiana mengadakan lomba sehingga mendapatkan ide menulis daripada blog kosong melompong.
Di artikel kedua Budayakan Malu SejakDini tanpa saya sangka-sangka, saya bertemu kawan lama. Dia menanggapi artikel saya. Kawan yang hampir lima tahun tak bersua. Kawan seperjuangan saat berjibaku menjadi karyawan perkebunan. Saya bertanya-tanya dalam hati, ini dia bukan...? Tapi, kok latarnya kaya di negeri orang.
Bersambung via obrolan lain, akhirnya saya mengetahui dia sedang menempuh pendidikan magister di Jepang. Wow... Keren sekali dia. Tak lupa saya pun titip salam untuk negeri sakura. Dia yang darinya saya belajar ilmu pemetaan, tidak hanya memegang Global Positioning Sistem (GPS), tapi juga mengoperasikannya. Lalu, mengolahnya di komputer, bagaimana men-digitalisasi, dan tercetaklah sebuah peta lahan. Ilmu yang ia tularkan kepada saya semoga menjadi ladang amal jariyah yang tak terputus baginya.Â
Tujuan saya bergabung Kompasiana memang belum terpenuhi. Niat itu sudah di dalam hati tinggal tekad dan menyempatkan. Meski belum tersampaikan, namun Kompasiana telah menyambungkan tali silaturahim saya kembali. Teman itu gampang dicari tapi mempertahankan hingga menjadi sahabat itu yang perlu proses dan usaha. Sukses di sana ya kawan. Dan, tak lupa terima kasih Kompasiana.
Dalam partisipasi yang masih minim, bahkan sangat minim di Kompasiana, ia sudah begitu berarti buat saya, bagaimana dengan Kompasianer aktif lainnya. Kompasiana pastilah sangat bermakna bagi mereka. Iri dengan mereka yang produktif dengan artikel yang sudah tak terhitung, tulisan-tulisan yang menjadi deadline, wira-wiri di Kompasiana TV, ingin sekali juga di kesempatan lain bisa berpartisipasi dalam Kompasianival, event tahunan yang berperan dalam memperkuat tali persaudaraan semua yang terlibat dalam satu wadah Kompasiana.Â
Semoga momentum 8 Tahun Kompasiana, memecut masa dormansi saya untuk segera bangun dan mewujudkan tujuan bergabung di Kompasiana untuk menulis tentang persepakbolaan. Bagi Kompasiana, semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan semakin kredibel dan bermanfaat bagi khalayak. Kompasiana menjadi sebuah forum online yang diikuti offline menjadi percontohan bagi forum lain dan pemersatu Indonesia yang bhineka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H