Mohon tunggu...
Rina Rahma
Rina Rahma Mohon Tunggu... -

simple n optimis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pak Beye di Sana dan Kami di Sini

24 Januari 2011   15:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Curhatan Pak Beye tentang gaji presiden yang belum naik di tahun ketujuh masa baktinya menjadi buah bahasan di sana sini. Pun, di lingkungan sekitar saya. Saya sebenarnya masih berpositif thinking bahwa apa yang disampaikan Pak Beye itu cuma redaksi yang lain untuk memberi motivasi bagi para TNI danPOLRI untuk tetap memberi yang terbaik bagi negeri ini. Namun, bukankah motivasi itu tidak harus dengan membandingkan dirinya sendiri.... apakah itu tidak menjadi sebuah riya’, bahwa INI LOH AKU. Ya dan lantas saya juga menjadi berpositif thingking kepada masyarakat yang menyayangkan curhatan Bapak Presiden itu...kenapa harus di publish???? Haruskah semua Rakyat Indonesia tau?

Saya jadi terpikir tentang nasib teman-teman Guru Tidak Tetap (GTT) yang ada di negeri ini. Apabila para pejabat tinggi menggaungkan usahanya memberi yang terbaik untuk negeri ini. Bagaimana dengan GTT? Coba saja hitung-hitungan nominal untuk take home pay yang dibawa di setiap bulannya. Gaji yang entah cukup untuk makan sebulan. Lalu mari bandingkan dengan yang sudah diberi untuk negeri ini. GTT juga tetap berbagi, juga tetap berusaha memberi yang terbaik untuk anak negeri, tanpa berpikir kapan gaji menjadi sebuah prestige bagi mereka. Sementara anak didik mereka perlahan terbang menggapai dunia. Dan, kehidupan tetap berjalan tanpa bertanya siapa yang akan memperjuangkan nasib mereka. Jangankan Pak Beye menanyakan nasib GTT, ini malah membahas gaji diri sendiri...hehehe.

Saya pernah bertanya pada teman GTT yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi GTT dan sampai saat ini belum menjadi PNS. Waktu yang mencapai lebih 20 tahun ini tidak juga membawa gaji beliau mencapai angka 1 juta. Namun, beliau tetap setia kepada murid-muridnya, tetap berangkat pagi setiap hari, menyalami murid-muridnya, berbagi senyum, bersuara lantang di depan kelas ketika membagi ilmunya (tanpa takut suaranya akan parau karena nominal gaji yang nyaris surut menjelang akhir bulan), dan tetap semangat mengasah ilnunya. Saya bertanya resep hingga semua ini dapat mengalir dengan indah, tanpa dunia harus runtuh karena keluh kesahnya. Katanya, “Kita ini bukan lakon panggung, juga bukan artis, tidak perlu semua harus tahu apa yang kita rasakan, yang penting memberi dengan hati dan menjalani dengan ikhlas... keikhlasan tidak bisa dinilai dengan nominal...ga akan ketemu.....”. (so nice).....Hmmm..... apa kabar Pak Beye???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun