[caption id="attachment_323943" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Kamis lalu, saya, suami dan dua anak saya, Daffa (8 tahun) dan Raqilla (4 tahun) menonton film RoboCop di bioskop dekat rumah kami. Saya amati sekitar, banyak pasangan muda dan tidak sedikit juga anak-anak tangung, paling tua 14 tahun, jika dilihat dari postur tubuh dan raut wajah. Di awal cerita film, masih banyak komunikasi, orang-orang ngobrol dan sebagainya. Tiba-tiba di menit ke-30 (kira-kira) film ditayangkan, pada saat scene Det. Alex Murphy sedang di rumahnya bersama istrinya, terjadilah adegan ciuman yang cukup hot dan berlanjut ke adegan buka baju dan ciuman panas antara Det. Alex Murphy dan istrinya di atas ranjang. Adegan hot itu sontak membuat saya kaget dan langsung menutup mata Raqilla, suami saya pun menutup mata Daffa. Di kursi sebelah Daffa, 4 anak usia tanggung itu melotot mengamati adegan tersebut. Saya sedih melihatnya. Siapa yang akan menutup mata mereka saat menonton adegan tersebut? Apa yang ada dalam pikiran mereka saat menonton adegan tersebut? Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya di luar sana setelah menonton adegan tersebut? Tak habisnya saya berpikir, kenapa anak-anak itu bisa masuk menonton? Apa Lembaga Sensor Film tidak melakukan sensor terhadap film tersebut? Apa mereka (anak-anak tanggung itu) tidak membaca batasan usia menonton film tersebut? Come on! Saya gemas sekali melihatnya, saat anak-anak itu bayar kan sang petugas karcis bisa saja melarang atau tidak menjual tiket kepada mereka, mereka belum 17 tahun! Di lobi utama bioskop sudah tertera untuk usia berapa film-film yang ditayangkan. Para orang tua selayaknya melek teknologi dan sedikit gaullah, tonton dulu film itu atau browsing seperti apa filmya sebelum mengizinkan anak-anaknya pergi nonton sendiri bersama teman-temannya. Atau orang tua temanilah anak-anak menonton, baik bioskop atau di televisi. Ingatan saya juga kembali ke zaman saya SMP, waktu film Casper sedang booming. Saya dan teman-teman menonton film tersebut. Yang di akhir ceritanya pun ada adegan kiss-kiss (meskipun tidak hot) antara Casper yang berubah menjadi manusia dengan Christina Ricci, yang notabene masih anak kecil. Orang tua saya tidak tahu apa yang saya tonton, karena pikir dan kami pikir, "Ah itu cerita anak kecil, aman..." Tapi lihatlah kenyataannya... Film lain yang cukup ramai diperbincangkan di broadcast message adalah "Ted". Secara gambar divisualisasikan merupakan cerita anak-anak, boneka panda kecil. Ternyata jalan ceritanya 100% bukan untuk anak kecil. Mungkin, sekali lagi MUNGKIN, inilah salah satu penyebab anak SD dan SMP menjadi pelanggan PSK umur 60 tahun di Surabaya, seperti yang dituturkan Walikota Surabaya di Metro TV beberapa waktu lalu. Itu yang terjadi dan ketahuan, di Surabaya... entah di sini, di sekitar kita... :( Saya mengajak semua pihak terkait, yuk kita sedikit peduli terhadap fenomena yang menyedihkan ini: 1. Lembaga Sensor Film, evaluasi lagi apakah memang kita sudah menyensor hal-hal negatif yang akan berakibat buruk pada perkembangan dan kemajuan bangsa ini? 2.Pemilik bioskop, buatlah kebijakan untuk film 17 tahun yang beli harus kasih liat KTP, atau jika masih di bawah umur harus didampingi orang tua. 3. Dan yang paling penting, terutama catatan penting untuk saya sendiri sebagai Orang tua, tanyakan film apa yang akan mereka tonton, kita tonton dulu film itu seperti apa, atau dampingi anak-anak saat menonton. Semoga catatan kecil saya bisa menjadi bahan renungan kita semua....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H