Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masih Perlukah Sekolah Favorit Dimasa Pandemi?

25 Juli 2021   22:26 Diperbarui: 25 Juli 2021   23:04 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Juli ini merupakan bulan sibuk bagi orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Perlengkapan sekolah baru, buku pelajaran baru, seragam baru. Untuk yang terakhir barangkali tingkat kebutuhannya sedikit berkurang pada masa pandemi ini. Pembelajaran yang lebih banyak dilakukan  dari rumah membuat kebutuhan akan seragam bisa dianulir. Yang jelas tahun ajaran baru menguras anggaran lebih.  Masa normal ataupun pada masa pandemi hal ini berlaku sama.

Kesibukan dan kehebohan orang tua akan makin bertambah pada tahun ajaran baru ketika mempunyai anak yang tamat pada jenjang tertentu dan harus memasuki jenjang berikutnya.  Mulai dari degdegan menunggu proses kelulusan (pada masa pandemi ini sepertinya sedikit longgar), menunggu kabar capaian nilai anak, berburu sekolah favorit, hingga was-was menunggu pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dari sekolah tempat mendaftar.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan pengumuman PPD. Sepanjang semua persyaratan dipenuhi tentunya bisa dipastikan bahwa anak kita akan diterima pada sekolah tempat dia di daftarkan. Permasalahan muncul ketika jumlah pendaftar pada sekolah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan daya tampung yang tersedia. Biasanya fenomena ini muncul pada sekolah-sekolah yang menjadi favorit di daerahnya. Apalagi semenjak Kementerian Pendidikan mulai memberlakukan zonasi dalam PPDB. Kemungkinan memasuki sekolah favoritpun menjadi mengecil bagi sebagian siswa yang tidak berdomisili dalam wilayah cakupan zonasi sekolah tersebut.

Pemberlakuan zonasi  dalam PPDB ini salah satunya adalah untuk memupus sekolah favorit dan tidak favorit. Kementerian pendidikan berharap agar tidak terjadi kesenjangan yang telalu lebar dalam penerimaan peserta didik antara sekolah favorit dan non favorit. Ini sekaligus dalam rangka memeratakan mutu sekolah. Dalam artian semua sekolah menerima input siswa dengan kualitas yang relatif sama.

Namun nampaknya hal ini tidak terlalu diterima masyarakat. Terbukti dengan adanya berbagai upaya untuk mensiasati agar dapat diterima pada sekolah yang dituju. Mulai dari pemindahan calon siswa pada Kartu Keluarga (KK) saudara yang berada dalam lingkup zonasi, hingga menggenjot prestasi anak melalui berbagai les tambahan  dan kegiatan ekstra kurikuler agar bisa masuk melalui jalur prestasi. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Masyarakat berhak menentukan pilihannya sendiri. Himbauan bahkan peraturanpun tidak cukup menghentikan kecenderungan masyarakat untuk memilih sekolah favorit bagi putera dan puterinya.

Sebetulnya masihkah sekolah favorit memang menentukan oputput siswa pada masa pandemi ini? Karena semua sekolah pada umumnya melaksanakan pembelajaran secara jarak jauh. Sekolah favorit maupun non favorit yang berada pada zona merah tetap saja tidak boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka. Lalu dimana bedanya? Sebagaimana yang sudah dijalani selama lebih kurang tiga semester ini, pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dalam moda dalam jaringan (Daring) atau luar jaringan (Luring). Pembelajaran dalam jaringan yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet biasanya dalam bentuk sincronous atau terhubung langsung dengan siswa dalam bentuk interaksi langsung, maupun asincronous. Pandemi memang membuat sebagian besar masyarakat terutama dikalangan pendidikan menjadi akrab dengan internet. Sekolah dan guru berlomba melakukan pembelajaran berbasis internet. Tentu saja hal ini dilakukan untuk mengatasi pertemuan tatap muka yang sangat terbatas. Hal ini berlaku sama antara sekolah favorit dan non favorit.

Tetapi dalam pelaksanaannya sekolah favorite relatif siap dalam melaksanakan pembelajaran secara Daring. Hal ini terjadi karena sekolah favorit umumnya ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, pendidik dan tenaga kependidikan yang relatif lengkap serta sistem yang tertata. Mereka mempunyai e-learning yang sudah tertata, sehingga pembelajaran Daring betul-betul dapat dikontrol  secara tersistem.

Penelitian Briliannur Dwi C (2021) membuktikan kurang nya sarana dan prasarana ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh pemelajar tidak 100% lancar atau efektif. Sarana prasarana yang memadai ini umumnya terpenuhi pada sekolah-sekolah favorit. Akibatnya  terdapat kesenjangan yang semakin dalam antara sekolah favorit dan non favorit dalam pelaksananaan pembelajaran selama pandemi. Mungkin inilah yang menjadi penyebab mengapa sekolah favorit  semakin diburu selama pandemi ini.

Tidak diterima di sekolah favorite bukan berarti putera puteri kita tidak bisa mencapai kompetensi maksimal dalam pelajarannya

Pertanyaannya sekarang bagaimana kalau kebetulan putera puteri kita tidak berhasil diterima di sekolah favorit? Tentu saja   bukan berarti putera-puteri kita yang menjadi harapan kita tersebut tidak bisa mencapai komptensi yang maksimal. Yang perlu diingat kembali adalah ini masa pandemi, dimana pembelajaran lebih banyak dilakukan dari rumah. Artinya peran kita sebagai orang tua justeru lebih dominan dibandingkan dengan guru-guru mereka di sekolah. Kita yang lebih banyaak mendampingi mereka ketika belajar di rumah. Eits... bukan berarti kita harus memahami semua isi pelajaran yang jumlahnya lebih dari sepuluh jari tangan itu untuk kemudian mengajarkannya kepada putera puteri sendiri. Jelas tidak banyak diantara kita yang mampu melakukan semua itu. Apalagi sebaik Bapak/Ibu guru ketika mengajar di sekolah. Tidak perlu berkecil hati. Karena kita bukan berprofesi sebagai guru yang memang menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran. Ingat lho... menguasai materi pelajaran belum tentu bisa mengajarkan dengan baik. Tugas kita memastikan agar putera puteri kita menjalani semua tahapan pembelajaran mereka dengan benar. Pada jadwal pembelajaran mereka harus disiplin mengikuti pembelajaran, apakah itu melalui Daring, luring, maupun hybrid learning. Disamping itu sebagai orang tua kita harus memastikan mereka mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka sebagai bagian dari proses pembelajarannya dan untuk mereka berlatih. Lebih baik lagi kalau kita dapat memberikan tugas-tugas tambahan yang menyenangkan sebagai bentuk dari aplikasi pembelajaran yang mereka terima. Semoga putera puteri kita dapat mencapai hasil maksimal dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan kapasitas mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun