Tiga bulan lebih berada dalam situasi pandemi Covid-19 membuat saya mulai terbiasa dengan keadaan sekarang ini. Bukan berarti saya menyukai kondisi ini dan tidak ingin keadaan kembali normal seperti sedia kala. Jelas saya ingin sekali semuanya berbalik sebagaimana keadaan sebelum gelombang virus ini melanda. Bahkan kalau bisa keaadaannya lebih baik lagi. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Untuk itu agar tidak terperangkap dalam kejenuhan dan terus menerus menyesali keadaan, saya lebih memilih membiasakan diri dengan apa yang terjadi.
Selama tiga bulan ini pula semua pekerjaan dilakukan dari rumah. Keluar rumah seminimal mungkin memang merupakan pilihan terbaik yang dapat dilakukan. Untungnya instansi tempat saya bekerja memahami hal ini. Mengikuti anjuran dari pemerintah kami seluruh karyawan diharuskan bekerja dari rumah.Â
Karenanya  semua pekerjaan harus dilakukan dari rumah masing-masing. Termasuk untuk saya yang biasanya bertugas sebagai instuktur atau fasilitator dalam sebuah Diklat/workshop/lokakarya.  Artinya saya mesti melakukan koordinasi dengan tim lain di kantor dari rumah. Menyusun perencanaan pekerjaan dan presentasi saya dari rumah. Mencari sumber referensi untuk bahan tayang juga dari rumah. Ketika harus melakukan presentasipun mesti dari rumah.
Diawal-awal tidak terlalu terasa. Semua pekerjaan berbasis online  yang dilakukan dari rumah ini hampir tidak terkendala. Namun belakangan persoalan mulai bermunculan satu demi satu. Kendala pertama berkenaan dengan signal yang mulai terseok-seok jalannya. Tuntutan pekerjaan membuat saya harus membuka beberapa halaman situs sekaligus di laptop saya. Webinar yang harus di ikuti pada jadwal yang telah ditentukan. Di sisi lain materi dan berbagai referensi harus di-download dalam waktu cepat. Belum lagi akun sosial media yang harus di cloning pada laptop untuk memudahkan saya memeriksa pesan pekerjaan di berbagai grup whatsapp yang ada.
Akibatnya signal internet saya mulai demo. Video webinar sering kali menjadi patah-patah sehingga apa yang disampaikan narasumber tidak ketahuan lagi isinya. Unduhan materi berlangsung demikian lama. Jangan ditanya jika ada file yang dilampirkan oleh kantor pada grup  sosial media saya, dibutuhkan waktu bermenit-menit ketika membukanya.  hanya berputar-putar tanpa hasil.
Belum selesai dengan signal yang bermasalah saya sudah dihadapkan lagi dengan biaya quota internet yang membengkak. Penggunaan internet pada video streaming membutuhkan quota yang tidak sedikit. Jelas hal ini menambah anggaran pengeluaran. Pernah ketika mengikuti suatu webinar tiba-tiba tayangannya berhenti total. Tadinya saya berfikir karena signal yang tidak bagus, siapa nyana hal itu terjadi karena quota internet yang sudah habis. Jelas saya terkejut mendapati hal ini. Karena rasanya sebelum webinar berlangsung kuota saya masih lumayan banyak.
Kalau sudah begini biasanya orang serumahlah yang menjadi korban. Permintaan berbagi kuotapun dijalankan kepada siapa saja yang punya pulsa. Anak-anak  yang  menjadi sasaran pertama. Tentunya dengan sedikit paksaan dan iming-iming. Demi lancarnya signal semua jurus terpaksa dikeluarkan.
Terkadang timbul keheranan melihat anak-anak. Sehari-hari hampir tidak pernah lepas dari gawai mereka masing-masing. Mulai dari belajar online dengan guru mereka, Â menonton drama Korea berseri-seri, termasuk juga bermain game online mereka lakukan. Tetapi sepertinya kuota internet tidak habis-habis. Padahal jatah uang pulsa yang saya berikan kepada mereka sangat terbatas. Saya mulai bertanya-tanya pada mereka.
"Makanya pakai 3 seperti kita-kita Bun, Always on", kata puteri bungsu saya. Begitukah? Tanya saya dalam hati. Tentu saja saya tidak percaya begitu saja. Melalui link website www.tri.co.id saya mulai mencari tahu  paket internet yang ditawarkan. Ternyata sangat beragam. Mulai dari paket home yang bisa digunakan oleh seluruh keluarga, pruduk alwayson dengan berbagai harga, sampai keep on. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Sebetulnya dulu saya juga pelanggan setia 3. Bertahun-tahun saya menggunakan 3 untuk keperluan kuota internet. Signal 3 dirumah waktu itu paling lancar dibandingkan dengan provider lain. Sedemikian setianya saya menggunakan 3 sehingga seringkali di sebut teman-teman sebagai remaja lewat umur.Â
Mungkin hal ini dikarenakan image 3 yang lebih banyak digunakan oleh kalangan muda. Kali lain saya dikatakan tidak mau keluar modal, karena murahnya harga yang ditawarkan oleh 3. Saya tidak terlalu mempedulikan hal ini. Selama saya bisa  menikmati kuota murah dengan signal yang bak jalan tol untuk apa mendengarkan komentar orang.