Sebagai penonton televisi tidak setia, saya jarang sekali menyaksikan sebuah acara televisi dari awal sampai akhir. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Keterbatasan waktu yang ada untuk duduk manis menonton televisi, topik tontonan yang sering tidak menarik dimata saya, serta serbuan iklan di sela-sela acara yang terasa sangat mengganggu. Walaupun saya cukup memahami kalau acara yang saya tonton ditopang oleh tayangan iklan yang muncul. Namun tetap saja membuat saya merasa tidak nyaman. Seringkali berandai-andai dalam hati sekiranya acara TV tidak diwarnai iklan seperti tahun 80-an tentu akan sangat nyaman.
Namun berbeda halnya dengan produk  yang satu ini. Rasanya setiap ramadhan menjelang, saya menunggu-nunggu bentuk iklan seperti apa lagi yang akan ditampilkan. Iklan sirup marjan. Ya, munculnya iklan sirup di TV memang bak penanda ramadhan akan segera datang.  Iklan sirup marjan terasa berbeda di mata saya. Lazimnya sebuah iklan, biasanya memuat semacam ajakan dan bujukan untuk menggunakan produk tersebut. Namun hal ini hampir tidak ditemui sepanjang iklan berlangsung. Setidaknya ajakan secara langsung. Tayangan yang ditampilkan cenderung berbentuk cerita. dimana isinya adalah ajakan berbagi dan mengasihi.  Cerita ini yang  membuat saya penasaran dan menyengaja menontonnya pada tahun 2016 silam. Iklan yang dibuat bersambung ini membentuk sebuah cerita utuh saat idul fitri datang. Saya betul-betul ingin tahu apa kelanjutan dari episode sebelumnya ketika akhirnya sang ayah mengizinkan putrinya menekuni takraw. Olahraga yang semula diasumsikan sang ayah hanya untuk laki-laki. Hal ini ditandai dengan pemberian seragam takraw kepada sang putri.
Saya merasa tersindir. Memiliki satu-satunya anak perempuan dari 3 anak saya, membuat saya sedikit protektif akan langkahnya. Seringkali saya membatasi langkahnya ketika ingin melakukan sesuatu dengan alasan melindungi. Termasuk keinginannya untuk berlatih silat. Namun iklan ini bagai membuka mata saya untuk sedikit berdamai dengan kekhawatiran. Iklan yang sangat menginspirasi tanpa menggurui. Menjual tanpa mengumbar.Â
Sepertinya metode cerita bersambung ini tetap dipertahankan marjan sampai sekarang. Tema Tari Betawi tahun pada tahun 2017, Robot Golek tahun 2018, dan sekarang lutung kasarung. Dan saya terpaksa menunggu kelanjutan ceritanya sampai idul fitri tiba nanti.Â
#SamberTHRhari10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H