Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Seorang Didi Kempot

5 Mei 2020   10:55 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita mengejutkan pagi ini datang dari Solo Jawa Tengah. Didi Kempot seniman kawakan yang populer dengan lagu campur sari menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo dalam usia 53 tahun. Tidak ada yang menyangka beliau pergi secepat itu. Saat berada di puncak karirnya sebagai seniman.  

Deretan pelayat yang berdatangan ke Rumah sakit untuk memastikan berita kematian beliau, membuktikan bagaimana arti Didi bagi masyarakat Solo khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya. Pelayat yang datangpun berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pejabat sekelas Walikota Solo sampai masyarakat biasa. Sedemikian melekatnya nama beliau di hati masyarakat. Ada tangis yang pecah, ada sedu yang tertahan.

Ada yang  berbeda dengan seniman satu ini. Konsisten dengan lagu-lagu campur sari dan kebanyakan berhasa jawa, Didi justeru bisa diterima oleh semua masyarakat Indonesia. 

Mungkin tidak semua bisa mengerti syair lagu yang beliau nyanyikan. Namun iramanya yang sederhana mengena di hati semua orang. Didi membuktikan campur sari dapat diterima oleh sobat ambyar (sapaan untuk fans Didi)  dari suku manapun. Lagu-lagu Didi mampu mempersatukan semua penggermarnya di seluruh Indonesia dalam syair dan irama. 

Beberapa cerita tentang tentang beliau mengalir dari orang-orang dekat atau yang pernah berinteraksi dengan beliau. Beliau ternyata sangat membumi. Terkenal dan populer tidak membuat beliau lupa dan sombong. Siapa saja diperlakukan bak sahabat dan teman lama. Tidak peduli baru bertemu sekalipun. Tidak ada kesombongan dan perasaan jumawa terhadap siapapun. Tidak ada perlakuan junior dan senior terhadap para seniman pemula. 

Didi juga seorang yang mempunyai tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Sebagian pendapatan dari penjualan tiket konser yang akan dilaksanakannya direncanakan akan disumbangkan untuk korban Covid-19 di Indonesia. Beliau juga aktif mengkampanyekan langkah-langkah pencegahan Covid-19. Disamping menyumbang untuk korban Covid-19

Hal lain yang perlu digaris bawahi dari seorang Didi Kempot adalah berani menjadi diri sendiri. Terlahir sebagai adik dari Almarhum Mamik Prakoso yang merupakan seorang pelawak senior dari grup lawak terkenal Srimulat tidak membuat dirinya ikut-ikutan terjun sebagai pelawak. Didi justru memilih jalur yang berbeda dari kakaknya. 

Walau masih sama-sama seniman, Didi lebih memilih berkarir dibidang musik. Dan pilihannya adalah musik Jawa. Karir yang dimulainya dari bawah sebagai pengamen di sekitar Stasiun Solo Balapan. Riwayat sebagai pengamen ini juga yang menorehkan nama "KEMPOT" di belakang namanya. 

Sebagai singkatan dari kelompok Pengamen Trotoar. Konsistensinya dalam mempolulerkan musik campur sari terbukti bisa membawa harum namanya. Didi beberapa kali tampil di luar negeri dengan musik campur sarinya. 

Sebagai seorang publik figur Badan Narkotika Nasional (BNN) menobatkan beliau sebagai Duta Anti Narkoba. Tentu saja hal ini bukanlah hal yang mudah. Mengingat rentannya dunia gemerlap yang beliau geluti dengan sentuhan Narkoba. Diperlukan ketahanan diri untuk tidak tersentuh oleh barang haram tersebut. Dengan berjuta penggemar dan pengikut andil Didi sebagai duta anti narkoba tentunya berpengaruh kuat untuk dicontoh.  

Pada saat-saat terakhir hidupnya  beliau tetap melahirkan karya. Seperti video klip terakhir yang beru saja dirilis dengan judul "Ojo Mudik". Beliau tetap berusaha mengajak serta mengkampanyekan agar masyarakat tidak mudik. Siapa yang menyangka beliau pergi secepat ini. Tidak ada yang bisa menolak takdir. Selamat jalan Mas Didi. Sang maestro campur sari Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun