Mohon tunggu...
Rima Olivia
Rima Olivia Mohon Tunggu... -

#PersonalExcellence Trainer, Psikolog. Owner of Ahmada Consulting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengupas Rahasia Telepon Penipuan

23 April 2014   16:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:18 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ibu, anaknya jatuh di sekolah, kepalanya berdarah. Sekarang tidak sadar dibawa ke rumah sakit.”

Yang terima telepon ini di rumah adalah ART, dia segera memberi informasi tambahan pada penipu: “Oh, Mira ya Pak?Sebentar ini ibunya.”

‘Alarm’ di kepala saya segera menyala. Ada yang tidak benar dengan telepon ini. Ada hal-hal kecil yang diabaikan oleh penipu ini. Dia tidak menjawab salam, yang hukumnya wajib. Guru wali kelas anak saya, perempuan. Lalu ketika telepon diberikan pada saya, kurang lebih begini.

“Bu, anak Ibu, Mira tadi jatuh, kepalanya berdarah, sekarang dibawa ke rumah sakit.”

“Jatuhnya dimana, Pak?”

“Di sekolah Bu, ini mau dibawa ke rumah sakit.” Suara dibuat tergesa dan buru-buru.

“Iya, sekolahnya dimana, Bapak di sekolah mana sekarang.” Suara saya saya buat tenang, lebih dalam daripada suara penipu ini.

“Ibu bicara dulu sama Pak Aruan ini.”

Saya segera yakin bahwa ini penipu. Mengapa bukan wali kelas, mengapa bukan kepala sekolah, mengapa tidak menyebut nama sekolah dan seterusnya.

Memang terbersit cemas, kalau-kalau benar anak gadis saya sedang celaka. Namun otak saya segera mengumpulkan segala kemungkinan, yang keluar ini:

“Sebentar Pak, saya saya pingsan dulu Pak.”

Apa jawabnya?

“Teruskan saja pingsannya, biar mati sekalian.”

Telepon ditutup.

Pernahkah Anda mendengar atau mengalami kasus penipuan sejenis melalui telepon? Dalam banyak kasus, korban penipuan kemudian panik dan mudah digiring oleh pelaku penipuan.Keadaan panik, membuat logika tidak lagi tajam dan detil-detil informasi terabaikan. Kondisi ini memang dibuat oleh penipu. Ia seolah-olah tahu benar dan mengiyakan informasi apapun yang Anda tanyakan. Tidak, ini bukan gendam. Ia 'hanya' menguasai  teknik mempengaruhi dan berpikir cepat.

Korban dibuat bingung. Misalnya dengan berpikir, ‘tapi kan anak saya SMP, kok dia bilang SD. Dalam kondisi bingung, si penipu terus menuangkan informasi secara berlebihan. Tahukah Anda, kebingungan adalah cara paling mudah untuk mempengaruhi orang lain. Seorang ahli hipnosis berkata: “Confusion is a great way to rapidly induce a trance state just verbally.” Sederhananya, kebingungan adalah cara paling cepat membuat orang ‘trance’ (berpindah kesadaran) hanya dengan menginduksinya secara verbal.

Penipu akan senang mendengar Anda bingung. Tandanya adalah nada suara Anda menjadi cemas. Ia lalu melakukan hal yang mirip dengan Anda.Dalam hal ini, penipu melakukan teknik pacing atau matching. Menyamai semua reaksi Anda, mulai dari nada suara, kecepatan, bahkan jumlah kata.Hasilnya, ia kemudian dengan mudah menggiring Anda. “Kirimkan uang ke rekening Bapak X

Untuk uang muka rumah sakit.

Anda akan melakukan apapun untuk orang yang Anda cintai, bukan? Ia sudah berhasil mem-by-pass critical factor dalam diri Anda. Anda tidak lagi bertanya, mengapa bisa ia memasukkan anak Anda ke rumah sakit, karena yang bertanggungjawab adalah Anda sebagai orang tua.

Lalu, bagaimana agar tidak terbawa pengaruh orang yang menipu seperti di atas?

Sejak awal, saya berusaha tenang. Ini teknik maha penting. Ambil nafas, istighfar dalam hati, serahkan semua pada ALLAH. Lalu saya menata nada suara. Saya melakukanmismatch dengan nada suara orang tersebut. Kita cenderung nyaman ketika orang nada suaranya sama dengan kita. Bayangkan:

‘Haaaiii, apa kabar.” Dengan suara kerasa dan antusias. Lalu dijawab:

“Baik.” Nada cool dan datar. Ini namanya mismatching. Anda sulit berada di bawah pengaruh suaranya, karena Anda tidak mengikuti gayanya.

Keberhasilan para penipu ada pada dua titik: berhasil membuat panik dan kedua, melakukan instruksi dengan cepat ketika critical factor Anda dilewati.Polanya biasanya mengajukan pertanyaan dengan cepat, membuat bingung, mengajukan beberapa kali pertanyaan yang biasanya membuat Anda menjawab iya (yes-set) lalu memberi instruksi yang tidak bisa Anda tolak.

“Ibu punya ATM?”

“Ibu mau anak ibu dibantu?”

“Ibu bisa kirim sekarang?”

Seluruh pertanyaan bertubi, yang akan dijawab ‘iya’ secara mudah membawa Anda berada di dalam pengaruh penipu.Ia memerintahkan Anda mentransfer sejumlah besar uang, yang biasanya terjadi bila Anda terpengaruh pertanyaan-pertanyaan bertubi itu. Aduh, jadi yang bisa Anda lakukan? Anda bisa balik bertanya. Misal:

“Kalau tidak?” Untuk pertanyaan tidak punya ATM

“Mau dibantu?” Ajukan pertanyaan balik dibantu dimana? Kapan oleh siapa? Bagaimana caranya?

Melawan teknik ini, hanya akan berhasil dengan satu syarat: Anda tenang. Ketenangan membuat kemampuan berpikir Anda optimal, membuat critical factor di otak Anda berfungsi.

Sangat menantang memang. Apalagi, ketenangan pada hari-hari ini memang mahal. Ketika begitu banyak hal yang menekan dan membuat stress, ketambahan satu hal membuat cemas seolah mampu membuat Anda panik. Padahal orang yang paling menguasai situasi, adalah orang yang paling tenang.

Oleh karena itu, mungkin Anda tidak menguasai cara ‘menipu balik’ pura-pura pingsan seperti yang saya gambarkan di atas. Tidak perlu. Anda bisa berlatih tenang. Anda selalu dalam keadaan terkendali. Ada banyak cara. Orang yang sering mengamati nafasnya, sering berefleksi, rajin meditasi dan berzikir, mampu mengatasi kepanikannya. Ia seperti selalu diingatkan pada Sang Pemilik Damai. As Salam. Bukankah orang yang dekat dengan sesuatu akan menampilkan sifat yang mirip dengan sesuatu itu? Bagaimana dengan orang yang dekat dengan As Salam, yang selalu menyebut-nyebut Sang Damai.

Jika memeriksa arti nama As Salam di antara 99 nama Indahnya, kita akan menemukan:

Ibnu Qutaibah mengatakan, “Dia menamai Diri-Nya dengan as-Salam karena Dia selamat dan bebas dari aib, kekurangan, kehancuran, serta kematian yang mengenai makhluk-Nya.” (Gharibul Qur’an)

Al-Khaththabi mengatakan, “As-Salam adalah sifat Allah , yaitu yang selamat dari segala aib, serta bebas dari segala kejelekan dan kekurangan yang dapat menimpa makhluk.” (Sya’nud Du’a)

Ibnu Katsirmengatakan ketika menjelaskan ayat di atas, “As-Salam yakni yang selamat dari segala cacat dan kekurangan karena kesempurnaan-Nya dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.”

Jadi, sebelum melakukan apapun, tenangkan diri Anda, sebut nama Sang Maha Damai. Semoga kita semua terhindar dari kejahatan yang terlihat, maupun tidak terlihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun