Mohon tunggu...
Dino  Rimantho
Dino Rimantho Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati lingkungan

Penikmat kopi yang simple dan ingin berbagi pengetahuan di bidang lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Limbah Makanan, Antara Kebutuhan dan Dampak yang Ditimbulkan

16 Maret 2021   11:15 Diperbarui: 16 Maret 2021   18:12 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk dapat menjadi lahan pertanian ataupun peternakan seringkali yang terjadi adalah mengubah fungsi lahan hutan yang mendorong terjadinya deforestasi dan menghilangkan satwa liar dan pada akhirnya hilangnya keanekaragaman hayati satu wilayah. Selain itu, deforestasi juga berpotensi menghilangkan jenis tanaman yang mampu menyerap gas rumah kaca.

Menurut studi yang dilakukan oleh FAO, setidaknya terdapat sekitar 3 milyar ton jejak karbon dari limbah makanan per tahun. Hal ini diakibatkan bukan hanya penggunakan bahan bakar fosil tetapi juga bahan bakar pencemar lainnya selama proses berlangsung. 

Selain itu, sampah makanan yang dibuang akan mengalami proses pembusukan di tempat sampah dan akan mengeluarkan gas metana yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gas rumah kaca.

Dengan mengetahui beberapa dampak yang terjadi, maka perlu kita lakukan beberapa hal terkait dengan pengurangan limbah makanan. Tahapan awal yang dapat dilakukan adalah saat proses produksi mulai penanaman hingga pengolahan di industri. 

Peningkatan pelatihan bagi petani dan investasi publik dan swasta dalam infrastruktur pertanian dan peternakan dapat mengurangi terjadinya pemborosan. Dengan adanya teknologi yang tepat guna dan penggunaan sumber daya energi terbarukan akan memberikan dampak signifikan selama proses penanaman.

Program lain yang dapat dilakukan adalah mendonasikan kelebihan makanan yang layak pada orang-orang yang tidak mampu. Sebagai contoh, salah satu pengecer di Inggris bekerja sama dengan perusahaan perangkat lunak FareShare FoodCloud untuk memberitahu badan amal setempat tentang kelebihan makanan yang tersedia yang dapat diambil. 

Lebih lanjut, pembuangan makanan oleh supermarket yang tidak digunakan dianggap tindakan yang ilegal di negara Perancis. Di negara Denmark sebuah perusahaan menjual hasil makanan olahan yang melewati tanggalnya dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga supermarket normal.

Beberapa inisiatif juga dapat dilakukan dengan mengubah kelebihan makanan menjadi lebih memiliki nilai. Sebagai contoh, kelebihan bahan makanan seperti kentang yang dikonversi menjadi bioplastik, sisa makanan menjadi biogas yang dapat menjadi energi di rumah tangga, pembuatan tepung dari bahan singkong atau ubi dan lain-lain.

Yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku konsumen dalam membeli makanan. Sebagai contoh, pengembangan metode untuk meningkatkan kesadaran siswa di Amerika Utara mengenai limbah makanan. Misalnya, siswa diajak untuk mengukur volume limbah makanan melalui aktivitas audit limbah.  

Selain itu, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang limbah makanan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi media sosial dan aplikasi lainnya dalam rangka membangun pemahaman yang sinergis di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun