Setiap kita adalah nahkoda. Nahkoda atas kendali hati dan pikiran adalah kita. Orang lain tidak berhak menjadi penentu bahagia, tidak boleh membuat hati kita gundah, apalagi sampai mengambil kemudi atas pikiran kita.Â
Bahkan saat realita yang memberi kritik hingga menghujam jiwa, Â kita lah yang perlu mengolahnya, bukan untuk membuat hati menjadi lemah, tapi sebagai pembuka pikiran untuk segera berbenah. Karena orang lain tetap tidak berhak membuat kita menjadi terombang-ambing atas kritiknya.