Bahasa Indonesia sebagai Pilar Identitas dan Persatuan Bangsa dalam Era Globalisasi
Oleh : Rima Istianingsih
Pendahuluan
      Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol dari keunikan budaya dan identitas nasional yang mampu menyatukan berbagai suku, budaya dan bahasa di Indonesia. Tepat pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah berkumpul mengikrarkan Sumpah Pemuda, salah satunya pada butir ketiga yang berbunyi "Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Butir ketiga ini menegaskan betapa pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.
      Menurut Henry Guntur Tarigan (2009), bahasa merupakan cerminan budaya dan identitas suatu bangsa. Bahasa dan identitas memiliki hubungan yang sangat erat. Bahasa adalah salah satu elemen utama yang mencerminkan budaya dan sejarah suatu bangsa yang mempengaruhi cara berpikir, nilai-nilai dan pandangan hidup masyarakat.
      Di tengah keragaman budaya dan bahasa daerah di Indonesia berperan sebagai alat pemersatu bangsa. Harimurti Kridalaksana (2001) menyatakan bahwa bahasa Indonesia menjadi media yang menjembatani komunikasi antar suku dan daerah, sehingga memperkuat persatuan bangsa. Contoh peran Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam Pendidikan. Pada semua jenjang sekolah, Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Hal ini membantu memberikan pemahaman kepada antar siswa dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa daerah.Â
Pembahasan
      Dr. Sugeng Hariyanto (2017) menuturkan, bahasa yang dinamis adalah bahasa yang mampu menyerap dan mengadaptasi unsur-unsur baru tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam era globalisasi bahasa Indonesia harus mampu beradaptasi dengan berkembangan zaman, terutama dalam teknologi dan budaya.
      Arus globalisasi membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan Bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia seringkali dicampur dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Masyarakat Indonesia seringkali mencampur penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing karena ingin memperlihatkan kesarjanaannya atau keintelektualannya pada khalayak. Hal ini dapat mengikis penggunaan bahasa Indonesia dalam aspek kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, bukan berarti bahwa bahasa Indonesia harus terkikis. Justru, dalam arus globalisasi bahasa Indonesia harus semakin berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkaya kosakata bahasa Indonesia agar mampu mengakomodasi istilah-istilah baru yang muncul dari perkembangan teknologi dan budaya global. Anies Baswedan (2015) menyatakan bahwa Pendidikan bahasa harus mampu membangkitkan rasa kebanggaan terhadap bahasa Indonesia sekaligus memberi keterampilan yang dibutuhkan di era globalisasi.
      Pendidikan memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Melalui Pendidikan, generasi muda dapat diajarkan untuk mencintai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sejak dini. Peran guru dan Lembaga Pendidikan sangat krusial, mereka harus mampu mengajarkan bahasa Indonesia dengan cara yang menarik dan relevan pada perkembangan zaman.
      Selain Pendidikan, media massa juga memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat penggunaan bahasa Indonesia. Media masa dapat berupa menjangkau audiens yang luas dan beragam. Media masa menyampaikan berbagai informasi melalui televisi, radio, surat kabar dan lainnya. Informasi yang ditampilkan di media massa cenderung akan diadopsi oleh masyarakat sebagai standar atau acuan.