Saya lahir dari keluarga yang sejak kecil sudah diajarkan atau ditanamkan perihal adab, tata-krama dan kesopanan oleh orang tua saya. Saya diajarkan dari hal-hal yang sepele seperti adab dalam makan, berbicara , berpakaian dan lain sebagainya. Dalam sehari-hari ketika berbicara saya selalu menggunakan bahasa yang sopan dan halus kepada orang tua saya, saudara, tetangga, teman bahkan semua orang. Pada suatu hari teman saya bilang "kamu sama orang tua kalau bicara sopan ya menggunakan bahasa krama, kalau aku tidak, malah menggunakan bahasa ngoko yang mungkin bagi kamu terdengar agak kasar". Dalam hal ini berbeda dengan saya yang dari sejak kecil sudah ditanamkan atau diajarkan perihal adab berbicara, sedangkan teman saya tidak diajarkan atau mungkin diajarkan tetapi tidak diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman sekarang ini, banyak anak yang terpengaruh perkembangan teknologi, di mana seorang anak ketika berbicara dengan yang lebih tua, dia akan menggunakan bahasa yang kurang sopan.
Berbicara mengenai adab dalam makan, saya diajarkan ketika makan atau lebih tepatnya sedang mengunyah makanan itu tidak boleh berbunyi atau yang biasanya disebut mengecap, karena dianggap tidak sopan. Akan tetapi banyak orang yang meremehkan atau bahkan tidak tahu soal adab ini. Saya sering menjumpai orang-orang yang sedang mengunyah makanan tetapi mengecap, mereka sempat bilang "Apa sih perihal makan seperti ini aja diribetin, Cuma makan ngecap aja dipermasalahin". Dalam hal ini bisa terlihat bahwa sebagian orang meremehkan mengenai adab dalam makan.
Menurut saya, pengalaman tersebut merupakan contoh dari teori peradaban Norbert Elias. Karena dalam teori peradaban menjelaskan bahwa manusia atau masyarakat sedang menuju peradaban atau semakin meninggalkan peradaban. Dijelaskan juga mengenai pembentukan perilaku individu yang kelihatannya sepele dan remeh, ternyata berhubungan erat dengan tata-krama atau kesopanan. Dengan penjelasan pengalaman tersebut bisa disimpulkan bahwa manusia atau masyarakat akan menuju pada suatu tahap yaang lebih beradab atau malah sebaliknya yaitu meninggalkan peradaban dan dari pengalaman saya mengenai adab dalam makan, membuktikan bahwa kesopanan atau tata-krama dianggap remeh atau tidak penting di sebagian masyarakat.
Saya mengenal teori peradaban Norbert Elias dari sebuah jurnal yang berjudul "Sejarah Peradaban: Mengenal Norbert Elias pada Sosiologi Indonesia". Dalam jurnal tersebut Elias mengungkapkan perbedaan antara culture dan civilization dalam bahasa Jerman. Baginya, konsepsi budaya dan peradaban perlu dibedakan secara tegas dan tidak bisa dipercampuradukkan apalagi dipertukarkan. Kata peradaban berpotensi untuk mengukur derajat moralitas dari suatu komunitas. Berbicara menenai peradaban yang muncul ialah sebuah tahapan bahwa manusia atau masyarakat sedang menuju pada suatu tahap yang lebih beradap (kemajuan) atau malah semakin meninggalkan peradaban (kemunduran). Jurnal ini juga menjelasakan teori peradaban sebagai usaha pembentukan perilaku individual yang terlihat atau terpandang sepele dan remeh, ternyata sangat berhubungan erat dengan tata-krama atau kesopanan. Seperti kentut sembarangan, membuang ingus, aturan di meja makan (tabble manner), hubungan seks, dan lain-lain.
Menurut pemahaman saya, teori peradaban Norbert Elias merupakan sebuah teori yang menjelaskan tentang proses peradaban dimana masyarakat akan menuju pada suatu tahap yaang lebih beradab atau malah sebaliknya yaitu meninggalkan peradaban. Teori peradaban adalah teori yang membahas mengenai moral atau etika dalam masyarakat. Dalam teori ini juga menyingung terkait tata-krama atau kesopanan yang mana manusia atau masyarakat berusaha untuk mewujudkan pola-pola prrilaku yang beradab, namun di sisi lain suatu pembentukan pola perilaku yang kelihatannya remeh ternyata sangat berhubungan dengan moral, tata-krama atau kesopanan.
Teori peradaban diperkenalkan oleh Norbert Elias. Norbert Elias merupakan seorang tokoh Sosiolog asal Jerman. Beliau lahir pada tanggal 22 Juni 1897 di Breslau, Jerman  dan meninggal di Amsterdam, Belanda pada 1 Agustus 1990. Beliau merupakan anak tunggal dari pasangan Herman dan Sophie Elias, sebuah keluarga Yahudi kelas menengah pengusaha tekstil yang cukup mapan. Salah satu karya Elias yang paling dikenal yaitu Uber den prozeb der civilization (the civilizing process), yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1939. Adapun tokoh-tokoh yang terpengaruh oleh Norbert Elias yaitu  Anthony Giddens, Pierre Bourdieu, Zygmunt Bauman, Michel Foucault, John Goldthrope, hingga Erving Goffman.
Referensi: Novenanto, A. (2011). Sejarah Pemberadaban: Mengenalkan Norbert Elias pada Sosiologi Indonesia. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 24(3), 183-191.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H