Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Teks Komersial

Pembual paruh waktu yang suka adang-adang dan angin-angin.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Awal Bulan Jatuh di Sabtu Malam

3 Februari 2025   09:59 Diperbarui: 3 Februari 2025   10:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi: Awal Bulan Jatuh di Sabtu Malam

Bulan sabit menyembul di harison barat, sesaat setelah matahari tergelincir
Menyapa satu Februari dengan lengkungnya yang runcing
Memercikkan rona mambang kuning pada langit Jakarta yang sebam
Lanskap jajaran menara kota mulai menggeridip
Riuh gemuruh kendaraan berjejal memadati jalan-jalan
Orang-orang ramai keluar masuk tenda kaki lima, toko, restoran, dan plaza-plaza

Kami berdua menyaksikan semua itu dengan jemu dari atas balkon
Di sudut anjungan terbuka dari sebuah kafetaria tingkat enam, yang tak mau kalah semarak
Lift dan bufet rapat antrean, kursi-kursi terisi penuh
Meja-meja sesak kudapan, cecair, kotak tisu, dan asbak
Pelayan dan koki sibuk rancak berkejaran dengan nota pesanan

Aroma aneka parfum, asap rokok, daging panggang, dan ragam minuman membaur timbul tenggelam diterpa angin
Cerita-cerita mengalir deras sana-sini
Suara-suara riang, angkuh, mesra, dan kolosal, tumpah ruah
Paras orang-orang saling memancarkan keceriaan
Potret memotret dan berpose mengabadikan sketsa Sabtu malam yang tiba di awal bulan
Dari cara mereka berbusana dan tertawa,
memastikan betul bahwa ini Malam Minggu yang jatuh setelah jatah gajian

Tiga gadis asing yang tak kebagian tempat, menerima undangan kami untuk duduk bersama
Lalu kami saling berkenalan dan membentuk regu baru
Kebetulan, supaya meja kami tak hanya kusut oleh obrolan dua lelaki bujang yang membosankan
Supaya jadi lebih meriah, seperti kubu-kubu lainnya

Tentu saja ketiganya cantik, sopan, dan sumringah
Kami menyambutnya dengan ramah dan antusias
Kamu tinggal di mana? Kerja apa? Sudah berapa lama di Jakarta? Dan kamu, kamu, kamu...
Dan seterusnya, dan sebaliknya...
Selayaknya formatbasa-basi ke orang baru pada umumnya

Meskipun sok asyik, cakap angin kami rupanya berbuah obrolan-obrolan panjang
Celetuk menjadi clutak, bersambut bual dan kelakar
Kecakapan dan keluwesan gadis-gadis muda itulah membuat tiris
Kendati aku pribadi seperti biasanya, kaku dan baku

Sayangnya, guyub malam itu membuat waktu berjam-jam bergulir sangat cepat
Kami sempat bergeser lapak untuk menyambung kuyup pembicaraan
Namun rasanya tetap begitu singkat
Sampai almanak berganti, kami akhirnya harus membubarkan diri
Maka, sampai jumpa lagi...

Jakarta, 2 Februari 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun