Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Penggembala Angin

Pembual paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Sabang Dini Hari

9 Januari 2025   00:16 Diperbarui: 9 Januari 2025   00:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pengamen di terkapar pulas di Jalan Sabang Jakarta (Dok. Pribadi)

Pada suatu pagi yang basah
Di teras toko, tepat di belakang tempat sampah
Tanpa alas, Ia merebah
Berbantal lengan, berselimut udara kotor dan freon
Di samping kompresor dan kondensor
Di tempat paling hangat
Di mana lalat juga hinggap

Jalanan masih kuyup air hujan
Dingin ubin tak membekukan darahnya
Barangkali, ada yang membara dalam hatinya, dalam tidur pulasnya
Apakah tulang-tulangnya tak terasa patah?
Mungkin tidak, nyatanya
Keras hidup tak mematahkan hidupnya
Sendalnya mencelat sebelah, mungkin juga perasaannya
Dawai gitarnya yang berkarat
Barangkali sedang mengalun lembut
Mengiringi nada ricik rinai dalam mimpinya
Membuai lelap, menghadirkan senyum manis dari 'tulang rusuknya'
Nyenyaklah, menarilah bunga tidur
Sebab nanti saat sadar tiba, hidup harus menyanyikan lagu berikutnya.

Rawamangun, 6 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun