Aku mengemis pada angin agar diterbangkan bersamanya
Ingin kutabur serbuk sari rinduku di pekarangan taman hatimu
Angin yang pemurah
Ia datang membawakan biang badai dan air hujan
Seperti sore ini
Hari-hari menjadi kelabu sejak saat itu
Seperti rinduku
Hadirnya memberi aroma sejuk segar yang menyesakkan
Ia menyampaikan pesan, tak ada bunga-bunga mekar untukku
Kupasrahkan padanya, terbangkan saja!
Angin tak sepenuhnya berdusta!
Ia selalu menjadi teman baik yang datang saat mendengar siul
Bunga-bunga merekah indah di taman hati itu!
Tetapi, kau menutupnya rapat dalam rumah kaca yang angkuh!
Dilarang mendekati bunga-bunga?
Betapa jelata rindumu, Anak Muda!
Bersama badainya, aku minta diturunkan
Berharap tetap meninggalkan sejuk dan wangi untukmu
Betapa jelatanya rindu
Menikmati indahmu dari dinding dan atap kaca yang berlumut
Setelah hujan reda, keluarlah!
Jika mencium wangi aroma bunga, nikmatilah!
Aku sengaja meninggalkannya untukmu
Rinduku yang papa!
(Purwokerto, 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H