Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Penggembala Angin

Pembual paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kembali ke Buku Catatan

6 Juni 2022   07:03 Diperbarui: 6 Juni 2022   07:20 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah cukup lama aku menanggalkan buku catatan, buku tulis dalam arti fisik yang sesungguhnya. Buku yang menjadi catatan harian untuk menuliskan apa saja yang terlintas di kepala, menuangkan ide dan isi hati.

Sebelumnya, kupikir buku catatan akan bisa digantikan dengan 'Note' di ponsel atau komputer, ternyata tidak. Tetapi berpikir demikian nyatanya justru membawaku pada kealpaan menulis.

Sekilas mungkin ini hanya soal kebiasaan. Untuk mengatasinya mungkin cukup mengubah adat lama dan membiasakan diri pada media yang baru, lantas persoalan selesai. Ternyata tidak.

Bahwa media digital akan bisa menggantikan buku harian, bahwa mencatat akan lebih mudah dan efektif menggunakan gawai karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apapun. Tetapi itulah yang justru menjadi akar persoalannya.

Sebagai pekerja digital sekaligus bagian dari generasi milenial yang menghamba pada kecanggihan teknologi, kecepatan,  kebaruan, tren, dan hal-hal meta yang lain, tentu produk-produk digital bukan lagi menjadi gaya hidup. Jika boleh dikatakan,  semua itu telah menjadi tiga per empat bagian hidup. Seperempatnya lagi adalah soal-soal biologis seperti makan, tidur, berak, atau seks. Itupun semuanya masih tertaut.

Kecuali saat sedang khusyuk beribadah atau melakukan tugas-tugas biologis, sulit rasanya untuk beberapa menit saja lepas dari gawai serta turunan dan integral-nya. Semua itu telah menjadi Nilai Limit atas kehidupan sehari-hari.

Celakanya, suksesi alih media itu tak hanya menuntut kebiasaan baru. Tetapi juga melahirkan kesesatan berpikir yang kompleks dan membuat kebiasaan mencatat menjadi tampak tak penting lagi, bahkan di media itu sendiri. Internet adalah semesta ide dan pengetahuan, untuk apa mencatat? 

Jika ia juga menyediakan hal-hal menarik yang nyaris tak terbatas, untuk apa menghibur diri atau meluapkan isi hati dengan menulis? Bahkan semua aktivitas yang telah dikerjakan lewat layar,  akan mendapatkan bonus jejak digital yang bisa kau pungut kapan saja. Lalu atas dalih apa lagi kau perlu mencatat? Bukankah pekerjaanmu juga menulis dan mencatat?

Sialnya, pikiran beracun sulit untuk dibantah. Dengan sedikit kesadaran yang tersisa, untuk 'kemanusiaanku' sendiri, maka ku putuskan untuk kembali kepada buku catatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun