Perubahan memang selalu terjadi, begitu pula dengan perubahan selera masyarakat dengan bahan baku furniture yang mereka butuhkan. Dahulu para pecinta mebel sangat mengagungkan furniture dari kayu jati, mereka beranggapan furniture dari kayu jati merupakan kayu dewa yang mempunyai kekuatan luar biasa, padahal hal tersebut hanyalah sugesti semata. Memang kayu jati sebagai bahan baku pembuatan mebel jepara memang sangat baik, tapi kita pun harus tahu kayu jati yang baik itu seperti apa, bagaimana warnanya, bagaimana seratnya bagaimana teksturnya, supaya kita tahu uang yang kita keluarkan itu worted dengan furniture jati yang kita dapatkan. Masih banyak kayu dengan kualitas baik bahkan dengan harga yang lebih murah dari kayu jati, diantaranya adalah kayu mahoni,kayu sono keling, kayu trembesi dan yang sedang menjadi primadona adalah kayu jati belanda atau kayu pinus.
Trend furniture vintage yang memunculkan desain desain lawas dan furniture dari bahan recycle, contohnya menggunakan kayu palet yang umumnya terbuat dari jati belanda membuat popularitas kayu jenis ini meningkat. Banyak pesanan baik berupa barang dekorasi atau barang furniture, misal penghias dinding, partisi ruangan sampai meja dan kursi cafe . Kayu jenis ini mempunyai kelebihan pertama seratnya besar, sangat bagus menurut saya, ringan jadi tidak memerlukan banyak tenaga untuk mengangkatnya, dan paling penting harganya murah. Karena salah satu proplematika permebelan jepara adalah harga kayu jati yang selalu naik dan tak bisa di rem kenaikannya, hal ini berbanding terbalik dengan harga mebel jepara yantg sangat jarang sekali mengalami kenaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H