Mohon tunggu...
Rikson Pandapotan Tampubolon XVI
Rikson Pandapotan Tampubolon XVI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cak Imin, Man Behind The Gun of PKB

24 April 2014   22:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Tak banyak yang menghiraukan dirinya. Bahkan sering luput dari perhitungan kalkulasi politik menjelang Pilpres 2014. Dia sering bermain dibelakang layar. Dia adalah Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sekaligus menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Republik Indonesia sekarang.

Keberhasilan PKB mendulang suara yang cukup signifikan dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 baru-baru ini patut itu diapreasiasi. PKB berada pada urutan kelima sebesar 9,2 persen versi hitung cepat, berkejaran dengan perolehan partai penguasa yaitu Partai Demokrat yang sedang merosot tajam. Sebelumnya pada Pileg 2009 PKB hanya berhasil meraup suara sebesar 4,9 persen, turun drastis dari perolehan tahun 2004 yaitu sebesar 10 persen.

Kepiawaian Cak Imin melakukan manuver-manuver politiknya hingga mengembalikan kejayaan PKB, tidak terlepas dari rekam jejaknya. Cak Imin sudah pernah malang melintang dalam dunia organisasi, khususnya organisasi pemuda/mahasiswa. Cak Imin pernah menduduki posisi tertinggi dalam tubuh organisasi mahasiswa yaitu sebagai Ketua Perhimpunan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII). Mungkin, bermodal pengalaman inilah ilmu perpolitikan Cak Imin semakin terasah.

Pernah menjadi Wakil Ketua DPR RI termuda merupakan pencapaian politik gemilang Cak Imin. Cak Imin juga merupakan adalah seorang cucu pendiri NU. Wajar saja dia lebih banyak mendedikasi hidupnya untuk yang berbau NU.

Keberhasilan PKB di 2014 tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin seorang Cak Imin. Manuver politik yang dimainkannya berhasil mengembalikan kejayaan PKB. Walaupun berada posisi kelima, PKB ibarat “gadis manis” yang menarik dan ingin segera dilamar.

Tiga jawara Pileg 2014 yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra ramai-ramai melakukan pendekatan kepada PKB. Wajar PKB sedikit jual mahal sembari mencari pasangan yang menguntungkan dan memiliki prospek mencerahkan.

Cak Imin sebagai nakhoda partai berhasil memanfaatkan Rhoma Irama Si Raja Dangdut, Mahmud MD, Jusuf Kalla dalam mendongkrak perolehan suara partai. Dengan mengiming-imingi calon presiden dari Partai PKB, Cak Imin berhasil membuat 3 tokoh ini bekerja secara maksimal, terutama Si Raja Dangdut. Rhoma Irama sampai harus terjun kelapangan, keliling Indonesia untuk ikut berkampanye tentang PKB. Ya, tentunya Sang Raja Dangdut harus mengajak band musiknya yaitu Soneta Grup.

Percaya atau tidak, penulis tidak terlalu yakin Cak Imin serius mengusung Rhoma Irama menjadi Capres PKB. Ini lebih kepada memanfaatkan momentum. Keliatannya Cak Imin hanya ingin memanfaatkan Sang Raja Dangdut yang diketahui memiliki penggemar yang banyak. Buktinya, sampai detik ini tidak ada tidak ada usaha yang serius dari PKB untuk memproyeksi Rhoma Irama pasca Pileg.

Ditambah lagi, Cak Imin berhasil mengajak musisi Ahmad Dhani untuk ikut berkampanye untuk PKB. Ahmad Dhani memiliki fans dengan segmentasi penikmat musik golongan muda yang tidak kecil. Bila Ahmad Dhani diharapkan mampu merangkul pemilih pemuda/pemula. Rhoma Irama untuk golongan tua. Sebuah kolaborasi strategis mendulang suara.

Kepiawaian Cak Imin terbukti berhasil memenangkan hati warga Nahdatul Ulama (NU). Wajar saja NU memiliki massa terbesar sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia. Cak Imin berhasil melakukan lobi kepada petinggi NU. Alahasil, Ketua Umum Pengurus Besar NU, Said Agil Siradj mengajak warga NU kembali memilih PKB sebagai representasi pilihan politik warga NU. Setelah sebelumnya, Cak Imin berseteru dengan keluarga tokoh NU yaitu Kyai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Mantan Presiden RI Ke-4).

Sepertinya Cak Imin tahu akan kapasitas dirinya. Dirinya tidak mau terlalu memaksakan dirinya untuk ikut bertarung pada bursa Capres, maupun cawapres. Kepopulerannya tidak sebanding, dan mungkin akan kalah jauh dari kandidat yang bertanding. Lihat saja, misalnya Jokowi, Prabowo, ARB, Mahfud MD, JK dan lain-lain. Disinilah hebatnya seorang Cak Imin. Mampu menahan nafsu berkuasanya. Karirnya masih sangat panjang. Cak Imin tahu harus “kapan menggas, kapan harus mengerem”—ibarat motor dalam politik--.

Mungkin tahun ini belum milik Cak Imin sepenuhnya. Tetapi buah kesabaran dan mengasah kepiawaian di hari-hari selanjutnya. Bukan tidak mungkin Pilpres selanjutnya akan menjadi mimbar pertarungan menarik buat Cak Imin. Terbukti, Cak Imin adalah Man Behind The Gun of PKB. @rikson_pt

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun