Mohon tunggu...
Riksa Khageswara
Riksa Khageswara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just an ordinary human. Belajar untuk menjadi lebih baik dan berguna bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Valentine yang Getir

8 Februari 2014   22:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulirik kalender di meja belajarku. Ah, sudah bulan Februari. Katanya sih tanggal 14 itu hari Valentine. Hihihi, saatnya ngasih coklat ke seseorang yang kusuka nih. Aku hanya tersenyum gaje ketika melihat kalender.

Di Lembah Manglayang ini, semua hari itu dianggap biasa meskipun ada tanggal merah. Hari yang paling ditunggu-tunggu praja palingan hari lebaran dan hari natal. Kok gitu? Karena pada hari itulah kami mendapatkan cuti panjang. Tapi untuk hari Valentine ini juga terasa spesial untuk praja-praja yang memiliki kekasih atau yang masih 'ngincar-ngincar'.

Aku berencana pada tanggal itu aku akan memberikan sekotak coklat pada seorang wanita praja yang kusuka. Tapi bertemunya diam-diam lah, soalnya si dia dari kontingen lain. Bisa berabe kalo ketemu sama putra-putra kontingennya. Bisa K.O nanti aku.

Kubelikan sekotak coklat yang berukuran cukup besar ketika pesiar. Satu hal yang paling kuingat darinya, dia sangat menyukai coklat berukuran besar. Meskipun harganya cukup membuatku menggaruk kepalaku yang setengah botak, akan tetapi aku tetap membelinya. Yah, demi dia lah. Hehehe.

Teman-temanku keheranan melihatku yang pulang dengan membawa sekotak coklat. Ada yang ngebet minta coklat, ada pula yang menggodaku karena mereka tau kalo aku sedang 'mengincar' si dia.

"Ja, itu coklat buat siapa? Besar betul...., bagi dong......" ujar teman petakku yang ngiler melihat coklatku.

"Bah, kau ini. In coklat buat seseorang dong....." balasku dengan gemas.

"Seseorang? Jangan bilang buat si do'i yang dari kontingen Sulut itu? Keluar kontingen kah?"

"Sssst, kau ini! Jangan kencang-kencang! Ketauan abangnya bisa mati aku!"

"Hahaha, santai sih bro! Sudah Nindya ini juga!" temanku tertawa renyah ketika melihatku uring-uringan.Tawanya makin meledak ketika aku meninggalkan temanku sambil membawa coklat itu.

~000~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun