Mohon tunggu...
Riko Kurniawan
Riko Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Kopi

Bersyukur, Ikhlas, Yakin Usaha Sampai....!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi; "Mengintip Hati"

6 April 2015   10:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, entah mengapa ada dorongan pada diri saya untuk merangkai kata, karena ada saja yang menjadi sumber inspirasi ketika menjalankan Tanggung jawab di HMI, tuntutan dari orang tua dan keluarga apalagi haru biru dalam cinta dari makhluk Tuhan yang disebut wanita, hehehe...!!
mungkin ini tidak dilayak disebut puisi, tapi karena saya emang orangnya penuh percaya diri maka saya dengan PeDe nya memberi ini dengan judul "Kumpulan Puisi; Mengintip Hati"

Kereta Harapan

Lambaikan tangan dan berilah senyuman..

Biar tenang.

Sehingga tak ada yang khawatir.

Meski beberapa kondektur saling tawar....

Aku tak takut.

Karena aku tau kemana kau akan pergi...

dan kaupun tau kemana tempat akan aku tuju.

Bukan kereta-kereta itu yang kita tunggu!!

Bersabarlah... kereta yang akan kita tunggu akan datang.

Walau tak pasti kapan.

Bila ternyata kejemuan menunggu tak mampu membuatmu bertahan...

Selagi kita masih di stasiun tua ini, pilih kereta yang kau suka!!!

dan aku pun nanti pilih kereta yang bersedia membawa ku ke kota yang sama-sama kita tuju.

Namun....

Tetaplah lambaikan tangan dengan sedikit senyuman...

Bila tak sanggup... kau jangan bimbang.

Tetaplah bersamaku.... hingga kita sampai pada persimpangan.

Ingat"yang paling penting didunia ini bukanlah dimana kita berada, tetapi ke arah mana kita akan bergerak".

Jambi, 2 Desember 2010

Tiada Usaha

Ada yang aneh...

Semua mungkin karena keterbatasan.

Keterbatasan dalam mengerti dan mengartikan.

ini bukan berbicara tentang perubahan.

dan juga bukan berbicara soal peristiwa.

Tapi berbicara tentang rancangan mimpi.

Mimpi awal dan akhir mimpi.

Kata-kata rasanya cukup sebagai sebuah penghantar.

Tapi... siapa yang berkata?

Aku?

Kau?

Dia?

Atau mereka?

Ya,   aku sebaiknya diam saja.

Karena aku punya cara pandang sendiri.

dan kau, dia dan mereka tentunya punya cara pandang yang berbeda.

Akh.... lupakan saja!!!

Lebih baik kita diam semua.

Bila perlu menutup mata!!

Toh kalau mata terbuka percuma dan suara yang keluar jadi sia-sia.

Karena jauh dari USAHA.

Jambi, 9 Desember 2010

Dibalik Ruangan yang Terhormat

Di balik ruangan yang terhormat....

Kita melangkah dari kesadaran yang sadar.
Kita tertawa dalam tawa yang masih mencari arti.
Kita bertindak dengan dengan tindakan mata yang menindak...

Di balik ruangan yang terhormat...

Kita menjadi penting untuk mementingkan pondasi tempat berpijak.
Kita menjadi harum meski itu tidak terlihat. dengan aroma yang berbeda.
Kita menjadi pandai meski itu kebanyakan kata-kata.

Di balik ruangan yang terhormat,
Saya lupa........!
Kau lupa.........!
Kalian lupa.........!
Mereka bagaimana??? lupakah? ingatkah??? atau mereka akan menunggu waktu Untuk mengingatkan kita, bahwa kita adalah orang yang terhormat????

Akh...... Entah lah....!!!!!
dibalik ruangan yang terhormat.
Ruangan yang terhormat...
Yang terhormat......
Terhormat.........

Aku akan tetap menanam subuah harapan..... dibalik ruangan yang terhormat.
Karena aku yakin harapan itu masih ada di balik ruangan yang terhormat.....

Jambi, 5 Juli 2010

Bunga Segera Layu

Sebuah idealitas memang....
Di semai, tumbuh dan berkembang...
Lalu.... memiliki identitas...
Merah.... biru.....jingga.... bahkan hitam

Kitalah bunga...... dengan warna yang berbeda...
Keindahan akan tampak walau hanya fartamorgana.

Jangan pernah hentikan!!! dan jangan pernah berhenti!!!
Tumbuhlah... tapi aku tak ingin layu. dan kalian jangan sampai layu...
Karna kitalah bunga.... bunga itu kita!!

Oh.... tidak.....!!!!
Mengapa layu sebelum berkembang???

Jambi, 7 Juli 2010

Pengharapan Terakhir

Saat bimbang itu meraja..

Mari, mulailah mencari angin, yang menyegarkan meski tak pernah terlihat sekalipun..

Bukan kah dapat di rasakan?

Tusukannya yang menembus pori-pori, hilangkan keringat siang tadi.

Hilang.... bersama hembusan nafas, antar aku pada ujung pencarian disana.

Ku gantung separuh nafas di pojok jalan sana, ku titipkan. ilalang pun menyapa.

Sementara tapakan kuda terdengar. sorak sorai.

Namun ada ketakutan, usia yang telah terpisah membawamu bersama pasukan pasukan berkuda.

yang  aku dengar tadi.

TIDAK...!! kau tetap tinggal dengan kesetiaan yang sulit diartikan sendiri.

Karena angin itu terlalu segar untuk ditepis ... meniup dedaunan dan merubah bentuk awan.

Kau ciptkan sendiri.

Ketehuilah... aku ada diantara angin-angin. hantarkan mu pada sebuah pengarapan terakhir.

Yakin saja!!

Jambi, 1 Mei 2011

Peraduan

Nyatalah sudah, bayangan kata-kata menanti.

Dalam senandung lirih lembut menyapa..

Bukankah tlah terasa menyatu antara irama dan lagu..

Jangan menatap seperti itu,

"peraduan akan datang bersama bayang-bayang yang tertata menjadi elegi nan sahdu"

Jambi, 20 Mei 2011

Semberaut Langkah dan Catatan Tua

Pernah tertorehkan, langkah kecil menelusuri Gang Siku.

Semut-semut hitam tak terlihat malam itu, hanya terdengar tawa.

Bukankah langitpun tertidur, tersandar  pada bulan yang menganga.

Meski daun-daun muda rindukan embun diselasela nafas. Memburu.

"Akh.... memang sudah lama hujan itu belalu dan meninggalkan catatan indah yang terukir pada kuningnya tanah"

Catatan tua di kertas tua.

Semberaut langkah terukir jelas, berceritakan hujan yang menggigilkan semua.

Mengisahkan kisah tentang kerinduan bumi pada sang langit.

dan misteri sebuah kapal pecah di samudera lalu hilang.

"Seharusnya langkah telah siap untuk di catat dalam kerendahan hati, meski semberaut dan akan tua"

Jambi, 23 Mei 2011

Persembahan

Kebahagian pada janji Ilahi, sempurnakah iman?

dan pada masanya... kan tertampung pada harapan-harapan..

meruah.

(terhimpunlah semua yang berserakan pada kebeningan, arti ketulasan. Rasakan)

Apakah ini yang kan dibawa.. sebagai jawab dari tanya.

Atau persembahan sang paduka raja pemberi damai bagi kaumnya.

Pakai apa mengartikannya. semua bisa mengatakan.

Namun, kekeringan samudera menjadi hal yang mustahil..

Rahasia Ilahi...

Pernah... sang Pengeran lain dari negeri seberang. menawarkan kemerdekaan.

Gendrang riuh gembira, menguji lagi... menguji mu lagi ... menguji ku lagi..

sampai menggigil.

"Ini bukan berbicara soal hati yang harus di definisikan dengan tawaran dunia sekalipun, tapi soal pencarian jiwa pada keteguahan gunung-gunung yang menjulang tajam. pada cakrawala lukiskan pelangi  sore diambang senja"

Persembahan itu untuk mereka yang tulus...

bahkan Ronanya menambahkan arti... meski tertumpah dan sulit tertampung.Waspadalah!

"Lantas Nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus di dustakan???"

Jambi, 9 Agustus 2011

Pelataran Sajadah

Petakan lantai diantara jeruji jeruji kosong..

Terdiamlah pada cibiran rayap mengejar kesana kemari.

Saksikan sinar membentuk garis lurus dari atap sana, tiada cacatnya.

Berakhir dipelataran sajadah yang terlupakan oleh semiliran angin pulau selatan.

Melenakan kusir di atas delman bahkan Raja sekalipun dengan keskuasaan.

Begitulah rutinitas dalam  mencari dan berharap.. namun ada yang terlupa..

Dipelataran sajadah, terbentanglah harapan tanpa nilai..

Menggantungkan ke-Hanifan dalam lipatan... ternyata masih saja terlupa.

"Bahwa hidup ini bukan berjalan dalam rutinitas Vertikal saja namun keshalehan sosial merupakan Nilai-nilanya"

Dipelataran sajadah.....

Dipelataran sajadah.....

Jambi, 15 Agustus 2011

Hujan Hujan Besar diantara lima pagoda

Jejak-jejak kering yang melingkari mata-mata bening.

Digantungkan disana, kata kata yang terjerat pada raut tua, dengan beban 5 Pagoda.

Tak kan terlupa, sebauah cerita akan kerasnya gelombang yang pernah Menghempas pada sisi sisi pantai yang dititipakan.

Tetap mengayuh....

"Yakinlah aku pernah mendengar, ada nama ku pada doa-doa yang dipanjatkan melalui mata bening yang aku kenal"

Hujan hujan di tahun ini begitu besar...

Teduhkanlah... wahai pengampun. redakan Lewat tatapan mata yang memandang,

dari ujung goa. yang terdalam sekalipun.

Biarpun bermulai... biarpun bernanti...

Tenangkanlah mata-mata itu, sehingga bening...

Karena 5 pagoda akan menjadi santapan indah untuk dipandang...

Dengan mata haru...

"5 pagoda itu adalah kami....yang menjulang ke langit Tuhan ntuk membawa mu pada tempat yang terindah"

Jambi, 9 Oktober 2011

Kesetiaan Malam

Aku melihat ketakutan malam pada pagi, meski fajar berlalu.

Ternyata mentari tertutup kabut seperti ramalan senja kemaren.

Lalu...

Pecutan angin seakan memberikan kegelisaahan pada anjing yang melolong Panjang. enggan untuk berhenti.

Lantas...

Tinggal lah malam yang telah bergelantungan pada pencarian pungguk akan Pantulan bulan yang terlihat di air, meskipun keruh sekalipun. kebahgiaan kelak akan menjadi keniscayaan.

Kemudiaan...

Aku tersentak pada sapaan bintang. tertawa sekeras-kerasnya, seakan tidak ada yang memulainya, bermula ataupun berakhir.

Jangankan untuk hilang, berlalu oleh bias fajarpun enggan.

Aku melihat malam yang tak ingin ditinggalkan, tak ingin menyambut pagi.

dan akan menemani pemimpi-pemimpi sampai bangun dari singgasana tiara.

Jambi, 13 Oktober 2011

Takdirlah Yang Menghampiri

Aku peranah melihat kau mengais baja.

Berjuta-juta kerak lekat di ujung-ujung jari, bahkan yang terdalam.

Apakahemangbegini cara mu memahami dan menjalankan lingkaran roda yang Kau kayuh, dengan pengharapan lurus.

dan...

Kau pun pernah melihatku mendaki jenjang langit ruangan tamu,entahrumah Siapa saat itu.

yang aku tahu, kau ceritakan saat itu tentang wasiat-wasiat kuno,

Tentang hitam dan putih,

Tentang bahagia dan duka... tentang usaha dan do'a..!!

Mereka melihat kita. mereka tidak tau sampai kapan aku melihat mu mengais baja.

dan sampai kapan kau meliahat ku mendaki jenjang langit ruangan tamu,

entahrumah siapa saat itu....

"takdir akan datang menghampiri , untuk menghentikan segala tanya dan kebingungan kita"

Jambi, 13 Oktober 2011

Mata Api

Kita melirik, mereka melirik,

Dia juga melirik kamupun turut melirik, kalian melirik. kita semua melirik-lirik!!

Tiada yang menarik!!!

ini bukan berbicara tentang kehebatan kita yang mampu mengalahkan Tuhan...

atau bercerita soal sisisisi gelap yang telah dilewati.itu bukan apa-apa!!!

Akh... jangan kita menatap seakan menindak. bicara sekalipun sudah tak ada guna.

Karena mata-mata itu, menjilat dan berkobar menelusuri arti kemanusian.

Tak bisa ditepiskan.

Karena saling melirik!!!

Jambi, 27 Desember 2011

Dibalik Terompet dan Petasan yang Berzikir

Waktu itu, aku tinggalkan cerita-cerita pada lembaran kertas yang berkhotbah.

Mengenang langkah yang terseok jejaknya pun hilang, perlahan.

Kemudian terlintas sejuta sesal pada waktu yang terbuang.pasti takkan kembali.

Rasanya, masih banyak anak-anak yang menari tanpa sendal dan baju cantik.

Pengemis tua yang lupa tertawa karena menyeringai pandang matahari.

Seharunya penangkal petir diatas atap gedung megah itu mampu menepis pekikan Petir-petir, tapi nyatanya tidak!!!

dan...

Malam ini, di balik terompet dan petasan seakan mengganti suara zikir..

Seakan perang dari langit akan di mulai di masa akan datang..

Sahut menyahut, kalahkan petir buatan Tuhan.berbagai macam bunyi dan bentuk. Tak berhenti.

Seakan manusia mengajak Tuhan untuk berperang......

Jambi, 31 Desember 2011

Awan Putih dan Rona Jingga di Balik Gunung

Kalau lah saja hujan itu tak turun sore ini,

Mustahil lah pelangi itu menjembatani secarcik cahaya yang menakjubkan.

Atau ketika camar-camar biru mengepakan sayapnya diantara deburan ombak.

Tidak lah mengundang kagum bagi penyu-penyu kecil yang berusaha untuk mengarungi samudera. di Depan sana.

Boleh jadi, awan yang aku pandang kemarin telah hilang...

Tak lagi berbuncah bahkan mengepul, bak perokok tua yang tak henti-henti Menghisap khayalan dan masa lalu.

ini bukan hanya sebuah imajinasi, tapi suatu  harapan bahwa ada rona jingga di Balik gunung yang aku pandang bersama penyu-penyu kecil dan diantara camar yang berputar berkeliling di atas kepala.

"ketahuilah selalu ada harapan di balik keputusasaan"

Jambi, 12 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun