Kamis, 19 Februari 2015.
Batang Asai, Salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sarolangun, Jambi. yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan sepeda motor, konon sebelum akses jalan menuju kecamatan ini belum lancar karena kondisi jalan yang rusak parah dan butuh waktu yang lama bila menggunkan kendaraan maka akses menuju ke kecamatan ini dapat ditempuh dengan menggunakan perahu motor (red_Kretek) dengan ongkos sekitar Rp 75.000,- . berbeda dengan keadaan saat ini, akses menuju desa-desa di kecamatan batang asai bisa dikatakan jauh lebih baik bila menggunakan jalur darat, dari pusat ibukota kabupaten sarolangun menuju ibukota kecamatan batang asai yang berjarak tempuh sekitar 4 Jam dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau menggunkan mobil tambang dengan biaya sekitar Rp 80.000,- maka kita akan tiba di pusat ibukota kecamatan Batang Asai.
Saya beserta team Walestra, sudah menjadi rutinitas setiap bulan dengan agenda pendampingan masyarakat di desa-desa yang ada di Kecamatan batang Asai, tepatnya di Desa Muara Pemuat dan Desa Raden Anom. Bahkan menjadi rutinitas pula beristirahat di tengah perjalanan karena rasa letih dalam mengendaraai sepeda motor yang mengharuskan kami mencari tempat peristirahatan, dan pilihan yang tepat untuk berisirahat adalah di Warung milik Uda Asep si Perantau dari Sumatera Barat yang tinggal di ujung Desa Sekamis Kecamatan Cermin Nan Gedang, beliau sejak tahun 1974 sudah berada di sarolangun dan kurang lebih 10 (sepuluh) tahun membuka usaha kecil kecilan di Desa Sekamis ini.
Kiranya beberapa batang rokok dan minuman segar yang telah dipesan dapat meredamkan rasa letih, namun Ada yang menarik perhatian saya dan kami semua seakan rasa letih telah hilang dengan seketika dan mungkin juga bagi mereka yang singgah di warung miliki uda asep, yaitu sebuah kandang yang berukurun sekitar 50 M2 tepat berada dibelakang rumahnya. Saya pun mengahmpiri setelah meminta izin kepada uda asep untuk melihat lebih dekat apa gerangan yang sedang beliau pelihara. Saya hanya berdecak kagum atas apa yang saya lihat, ternyata terdapat sepasang rusa dan satu kijang jantan. Rasa penasaran mengundang keingintahuan saya atas apa yang saya lihat. Penangkaran satwa uda Asep.
Antara Kecintaan memelihara hewan dan cita-cita mulia beliau
Menjadi seorang perantau tidak lah mudah, ketika tanah rantau yang beliau tuju tidak mampu memberikan kehidupan lebih baik maka tanah rantau selanjutnya siap untuk di tuju, seperti kebanyakan orang minang lainnya semangat untuk pergi merantau sudah seperti doktrin yang harus dilakukan dan filosofis yang selalu menjadi pedoman yaitu “alam takambang jadikan guru” namun tujuannya adalah tetap mencari kehidupan yang lebih baik demi istri dan anak anak tercinta, atas dasar inilah mengahantarkan uda asep (42 Tahun) sampai di ujung Desa Sekamis.
Kecintaan memelihara hewan seorang uda asep ternyata sejak beliau masih kecil, Namun keinginan untuk memiliki hewan peliharaan harus tertunda dahulu ketika beliau merantau ke Pulau Jawa karena memenuhi kebutuhan ekonomi menjadi hal yang prioritas, ketika merantau di pulau jawa di prediksi tidak dapat menjawab dan menjamin secara ekonomi jangka panjang maka beliau beserta istrinya pindah ke Kabupaen sarolangun pada tahun 1974 dan kemudian menetap di ujung Desa Sekamis dengan membuka usaha Warung Nasi. Beliau berkisah, bahwa ada rasa sedih bercampur bahagia ketika ketika ada pemburu liar yang beristirahat di warung miliknya dengan membawa hasil buruan berupa rusa jantan, tepatnya pada tahun 2008. kesedihannya melihat seekor rusa jantan yang tiada berdaya bahkan membuat sang uda ingin menitikkan air mata. Atas dasar kecintaan terhadap hewan maka uda asep memberanikan diri untuk bertanya apakah rusa ini ingin dijual?, bila dijual biar saya yang membelinya, ungkap uda asep. Maka rusa jantan di beli oleh uda Asep tanpa ada tawar meawar lagi. kira-kira umur rusa tersebut sekitar 1 Tahun.
Uda asep begitu menyayangi Rusa tersebut bahkan istrinya mengakui, alasanya sangat sederhana yaitu Hobby dari dulu dan beliau merasa rusa adalah makhluk bernyawa. Setiap hari rusa di rawat oleh uda asep, di beri makan, ketika sakit beliau mengobatinya dengan obat tradisonal dan pernah juga ke dokter hewan, bahkan istrinya menambahkan cerita bahwa selama setahun rusa diberi Susu SGM (susu bayi) dan sekarang hanya sekali-kali di beri susu Indomilk, kalah pula perlakuannya terhadap anak kandungnya. Uni bercerita sembari tertawa lepas yang membuat saya dan kami semua terpancing untuk tertawa.
Ceritapun semakin menarik dan membuat saya melemparkan pertanyaan; Sedekat apa secara bathin Uda dan Sang Rusa??. Beliau kembali mengenang, suatu ketika entah apa yang membuat rusa ini begitu gelisah dan melarikan diri dari kandangnya selama satu malam. Uda asep begitu panik dan tidak tidur pada malam itu, paginya beliau mencari disekitar kebun karet warga, sembari berteriak “Kulup” (beliau menamai rusa ini dengan nama kulup) berkali-kali, uda mendengar suara rusa tersebut mengendus dan mendekatinya. Beliau mengajak pulang dengan mengayun-ayunkan tangan sebagai isyarat ajakan, namun rusa tersebut dianggap uda tidak mau di ajak pulang ke kandang, lantas uda berbicara dengan suara lembut “Pulang lah kulup, apa kau tidak mau hidup dengan ku lagi, sudah lama kau ikut dengan aku” dan uda melanjutkan bicaranya “Kalau kau tidak mau hidup dengan ku lagi, sudah lah aku pulang sendiri saja”. Uda Asep pun pulang dengan wajah sedih dan putus asa. Namun beberapa jam kemudian Rasa sedih Uda Asep sirna ketika mendengar teriakan dari anaknya yang memanggilnya “Ayah.. Kulup pulang”, uda asep bergegas ke kandang rusa dan membuka pintu kandang sembari mempersilahkan rusa masuk, uda asep memeluk meluk rusa, mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
Rusa itu kini berumur 8 Tahun, dan pada tahun 2014 yang lalu kebahagian uda asep bertambah, karena beliau dari dulu juga beharap semoga mendapatkan rusa betina, kisahpun bermulai lagi bahwa ada lagi pemburu liar yang bersitirahat di warungnya dan beliau menawarkan diri untuk membeli rusa betina dengan pembayaran 2 kali bayar karena pada saat itu beliau tidak ada punya uang. Dan yang membuat kami berdecak kagum beliau bercita-cita ingin memperbanyak habitat rusa di kandangnya, dan menjadi penakaran rusa atau Kebun Binatang Mini yang dikelola secara mandiri. Harapan beliau juga pemerintah mendukung cita-citanya dari pada menjadi objek perburuan.
Idealisme Uda Asep ini tidak goyah, beliau menuturkan bahwa Rusa Jantan yang kini ada di kandangnya pernah ditawar oleh Asiong (Bukan Nama Sebenarnya) seharga satu buah buah mobil Avanza, dan di tolak. Uda asep sudah merasa bahwa Rusa-rusa yang ada dikandangnya adalah bagian dari hidupnya, dan akan ia jaga dan diperlakukan seperti keluarganya sendiri. Yang dibutuhkan uda asep saat ini adalah dukungan semoga habitat rusa di penangkarannya bertambah, dan sang uda diberikan kesehatan, rezeki dan umur panjang untuk memelihara rusa-rusanya…!
Mantap.. Uda.. Lanjutkan..!! kami meminta izin untuk mengakiri cerita yang menarik ini, sembari membayar minuman yang telah kami pesan tadi kemudian melajutkan perjalanan menuju Desa Raden Anom Kecamatan Batang Asai. semoga cita-cita sang Uda di Jabah Tuhan YME. Aminn..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H