Mohon tunggu...
Riko  Hermawan
Riko Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN SU

Semangat dalam mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berita Simpang Siur tentang Covid-19

7 Agustus 2020   20:59 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:01 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Era digital seperti saat ini peranan media sangat penting untuk perkembang informasi secara cepat dan memangkas batasan jarak yang ada, dengan adanya media sosial yang ada kita dapat mendapatkan informasi dengan sangat cepat bahkan hanya dengan hitungan detik. Dengan menggunakan media sosial yang ada, seluruh pengguna platfrom sosial media dapat mengehatui informasi dan berita dari tempat lain.

Lalu bagaimana peran media dalam kasus Covid-19 ini? Sebepara pentingkah media dalam membentuk persepsi publik mengenai pandemi ini? Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus covid-19 ini Indonesia mengalami fenomena panic buying masyarakat yang panik berlomba-lomba membeli kebutuhan pokoknya sangat banyak. Mulai dsri antiseptik dan masker yang raib dalam sekejap saja, fenomena ini tentunya terjadi karena adanya sebab, masyarakat yang telah dipenuhi bayang-bayang bagaimana hebatnya covid-19 yang dapat melumpuhkan kota wuhan, hingga penyebaran virus tersebut ke seluruh dunia, mereka mendapatkan berita tersebut dari media sosial yang ada.

Sebelum wabah covid-19 ini melanda sebelumnya memang ada pandemi serupa yaitu SARS dan MERS namun munculnya wabah ini bertepatan dengan pengguna media sosial di angka tertinggi, inilah penyebab mengapa informasi mengenai covid-19 menjadi isu utama atau trending topic diseluruh belahan dunia. Media sosial yang menjadi alat sebagai penyebar informasi mengenai covid-19 kepada penggunannya, namun penyebaran informasi yang simpang siur dan tidak sinkron satu sama lain menyebabkan masyarakat justru bukan mendpat pengetahuan tapi menambah rasa cemas dan takut masyarakat akan pandemi ini.

Pemberitaan mengenai covid-19 ini menyebabkan masyarakat menjadi mengalami psikosomatik yang dimana timbul kecemasan dan ketakukan yang berlebihan dan dampaknya berupa panic buying yang dimana semua kebutuhan penting menjadi langka karena masyarakat membelinya dengan jumlah yang sangat besar, dan masyarakat yang memborong barang barang tersebut kemudian menjual lagi dengan harga yang sangat mahal dan terjadi lonjakan harga yang tidak masuk akal.

Postingan media mengenai korban dan pasien yang terjangkit ini cenderung menjadi propaganda di masyarakat dan menjadikan masyarakat menjadi egois dan apatis dan melupakan sifat kemanusiaan yang mereka miliki sehingga mementingkan diri mereka sendiri dan tidak peduli dengan orang lain yang membutuhkan bantuan.

Keadaan ini menempatkan media masa menjadi pengaruh pola pikir masyarakat dan mengubah pandangan mereka karena pemberitaan yang terkesan melebih lebihkan, kejadian ini berbanding lurus dengan teori jarum hipodermik yang menempatkan masyarakat sebagai objek yang mudah dipengaruhi oleh berbagai informasi yang ada, masnyarakat Indonesia yang mudah termakan oleh hoax dan cenderung berpikiran pendek memperkeruh suasana dengan menyebarkan informasi yang tidak mereka telaah terlebih dahulu.

Media masa yang berperan sebagai media informasi harus dapat mempertahankan eksistensi mereka agar tetap mendapatkan adsense untuk operasional redaksi mereka, oleh karena itu banyak sekali media yang berlomba-lomba mencari informasi dan kemudian diterbitkan, bahkan tidak jarang media menggunakan clickbait untuk menarik perhatian para pengunjungnya. Namun penggunaan clickbait ini justru menimbulkan stigma negatif membuat para pembaca menjadi takut.

Pemberitaan yang kurang edukatif serta literasi masyarakat yang rendah menjadi penyebab utama fenomena ini terjadi. Namun penggunaan clickbait oleh media tidak sepenuhnya dapat disalah, memang perlu penekanan untuk menekan psikologis masyarakat dan mengingatkan masyarakat akan bahaya suatu masalah.

Baik media dan pemerintah harus harus menyusun untuk mengurangi kepanikan di masyarakat baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat melalui edukasi yang diberikan dan lainnya, sedangkan untuk masyarakar itu sendiri diharapkan masyarakt tidak ikut memperkeruh keadaan dengan asal menyebarkan berita hoax yang ada, kita harus memastikan bahwa informasi yang kita dapar memang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai masyarakat kita haris saling mengingatkan untuk tidak menyebarkan berita dengan mudah tanpa adanya pengecekan kebenaran isi berita tersebut, gunakan media untuk sarana yang mencerdaskan satu sama lain bukan malah saling menjatuhkan, ketiga elemen ini harus saling bekerja sama pemerintah dan media juga sudah membuka akun resmi tentang covid-19 ini di laman covid19.go.id dan peran masyarakat harus mencari informasi kebenaran berita tang beredar tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun