Mohon tunggu...
Riko Noviantoro Widiarso
Riko Noviantoro Widiarso Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti Kebijakan Publik

Pembaca buku dan gemar kegiatan luar ruang. Bergabung pada Institute for Development of Policy and Local Partnership (IDP-LP)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melalui Gerakan Kepanduan Melawan Radikalisme

16 November 2019   13:31 Diperbarui: 16 November 2019   13:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paham radikalisme sangat membahayakan. Karena dapat menyusup pada siapa saja. Tidak mengenal strata sosial. Tidak mengenal strata pendidikan dan sebagainya. Paham radikalisme bagaikan virus yang dapat menjangkit kapan saja, bahkan bisa menjadi wabah.

Pandangan itu sejalan dengan laporan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) tahun 2019. Dalam riset Lemhanas mencatat indeks ketahanan nasional perlu mendapat perhatian serius. Terutama pada indek ketahaan ideologi dan sosial budaya.

Riset yang disajikan Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional Lemhanas tersebut membagi dalam lima tingkatan. Yakni rawan, kurang tangguh, cukup tanggu, tangguh dan sangat tangguh. Dari riset tersebut pada indeks ketahanan bidang ideologi dinilai kurang tangguh. Begitu pula pada kategori sosial budaya.

Untuk indeks ketahanan bidang ideologi yang dalam kategori kurang tangguh ditunjukan pada meningkatnya segregasi sosial. Hal ini terukur melalui variabel toleransi, frekuensi dialog antar umat beragama, frekuensi konflik, dan intensitas konflik fisik massa.

Melihat pada variabel tersebut memang sangat tepat laporan Lemhanas. Dibuktikan dari meningkatkan kasus kekerasan atas nama agama sebagai mana data Setara Institute. Bahkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2017 menyebut kalangan mahasiswa di 15 provinsi sudah terpapar paham radikalisme. Diperkirakan 39 persen dari jumlah mahasiswa di lokasi tersebut.

Membaca rangkaian data tersebut, wajar jika ada kepanikan yang luas. Ancaman perpecahan bangsa seakan sudah di depan mata. Maka pemerintah perlu melakukan upaya yang serius. Tidak hanya melalui pendekatan hukum dan kemanan yang lebih menonjol. Pemerintah wajib melakukan penguatan ideologi melalui program ekstrakulikuler pendidikan.

Program eksrakulikuler pendidikan yang nyaris terabaikan adalah kepanduan. Model pendidikan kepanduan sangat efektif untuk melawan paham radikalisme. Karena formula pendidikan kepanduan mengkombinasi berbagai pengetahuan. Baik bersifat praktis maupun non praktis. Termasuk dalam penguatan nilai-nilai kehidupan.

Tidak salah pula program kepanduan ini terus dipertahankan hingga jenjang perguruan tinggi. Mendorongnya lebih baik lagi dalam pengelolaannya. Agar sikap acuh masyarakat terhadap program kepanduaan, perlahan bisa diperbaiki. Sehingga peminat program kepanduan dapat lebih meningkat.

Tentu saja pengukuran keberhasilan program kepanduan tidak bisa dalam jangka pendek. Intesitas dan kontinuitas program kepanduaan menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah perlu memberikan support lebih baik pada organisasi kepanduan yang selama ini sudah ada. Berikan ruang luas untuk menggelar kembali pelatihan, pembekalan hingga kompetisi kepanduaan. Serta memberikan perhatian kepada para instruktur kepanduan diberbagai daerah.

Peneliti Kebijakan Publik

Institute for Development of Policy and Local Partnership (IDP-LP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun