Beberapa waktu yang lalu, aku melakukan operasi katarak terhadap seorang pasien BPJS di sebuah rumah sakit swasta.
Di kamar ganti baju operasi, aku bertemu dengan seorang dokter spesialis bedah yang sudah tua. Sebagian besar rambut di kepalanya sudah tampak memutih.
Dia sedang menunggu persiapan untuk operasi.
'Pasien BPJS, dok ?', tanyaku
'Nggak tahu', jawabnya. 'Saya nggak perduli mau pasien BPJS atau bukan, pokoknya saya bekerja !`
Lalu, kutimpali, 'Kalau untuk pasien BPJS, uang jasa semua tindakan operasi sangat kecil dan tidak setimpal dengan resiko operasi. Karena itulah, ada sebagian dokter spesialis yang  tidak mau melayani dan mengoperasi pasien BPJS '.
'Betul', katanya,' Bahkan,ada  sejawat kita yang sudah mengundurkan diri'.
'Buat saya pribadi', lanjut si dokter bedah, 'Mau BPJS kek, mau umum kek, nggak ada masalah buat saya'. 'Pokoknya, semua saya kerjain', katanya santai.
'Sebagai dokter, tugas kita ialah membantu orang yang menderita sakit,...tidak boleh pilah pilih !. Soal rezeki sih itu sudah diatur oleh Tuhan, jadi kita tidak perlu ikut ikutan mengatur urusan yang menjadi urusanTuhan', katanya sambil tertawa.
Kamipun berpisah, karena aku harus mengoperasi pasienku.
Sikap dan pandangan hidupnya itu membuatku takjub sekaligus terharu.
Ternyata, di era BPJS ini yang katanya menyengsarakan para dokter, masih saja ada dokter yang berhati 'emas' dan mulia seperti si dokter tua ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI