Sambil memeluk ibunya, Uwais berkata, ' Ibu, jika semua dosa dosa ibu diampuni Allah, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu saja yang akan membawaku masuk ke dalam surga '.
Seperti halnya Uwais Al Qarni , mbak Mawar tinggal berdua saja bersama ibundanya. Saat masih kecil dan beranjak dewasa ia telah ditinggal oleh ayahnya yang meninggal dunia karena menderita sakit.
Demi mengurus ibundanya yang tidak bisa melihat karena menderita penyakit katarak, ia rela meninggalkan pekerjaanya dan mengambil cuti kuliah.Â
Jadi, saat teman temannya diwisuda dan bersukacita karena telah menyelesaikan kuliah, mbak Mawar justru sibuk mengurus ibundanya untuk operasi katarak dan harus bolak balik berkali kali membawa ibunya ke poli mata untuk kontrol ulang.
Sungguh, aku betul betul terharu dengan pengorbanannya ini!
Hari pertama setelah aku operasi katarak, perban mata dibuka di poli mata. Alhamdulillah, si ibu bisa melihat kembali....!!
Lantunan takbir dan tasbih berguman dari bibirnya. Ia tak kuasa menahan tangis bahagia.
Ia memeluk dan menciumi wajah puterinya yang juga ikut menangis.
Aku dan perawat di poli mata terpana melihat kejadian ini. Kami terlarut dalam keharuan yang amat mendalam.
'Terima ya nak dokter', ' ujar si ibu, 'Dengan izin Allah, nak dokter telah dapat menyelesaikan operasi mata ibu dengan baik sehingga ibu dapat melihat kembali'. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda kepada nak dokter dan nak perawat yang sudah membantu ibu'.
Peristiwa yang mengharukan ini masih tetap tersimpan di dalam  ingatanku sampai hari ini. Ia mengajariku banyak hal, tentang pengorbanan seorang anak, kecintaannya kepada ibundanya, kesabaran menerima cobaan dan rasa syukur atas kembalinya nikmat yang pernah hilang.