Dokter Tulus, seorang dokter spesialis mata yang sudah lansia masih tampak segar dan bugar. Sejak masih muda, dia senang melakukan operasi katarak dalam kegiatan kegiatan bakti sosial buat masyarakat miskin dan tidak mampu.
Dia sudah divonis menderita penyakit jantung, hipertensi  dan ginjal serta pernah kena serangan stroke. Oleh dokter yang merawatnya, dia diminta untuk banyak berisitirahat. Namun dokter Tulus tak memperdulikannya dan tetap saja rajin mengikuti berbagai kegiatan bakti sosial operasi katarak dari satu daerah ke daerah yang lain.
Anaknya, seorang pengusaha besar dan sukses, tentu saja merasa khawatir melihat keadaan bapaknya. Dia khawatir sewaktu waktu berbagai kejadian yang tak diinginkan bisa muncul menimpa ayahnya.
Suatu hari, si anak -dengan setengah 'memaksa'- meminta agar bapaknya lebih memperhatikan kesehatannya dan lebih banyak beristirahat di rumah'
Si bapak menjawab, 'Kalau kau memaksaku untuk banyak istirahat, aku tidak lagi bisa mengikuti baksos katarak !'.
Si anak menyahut dengan agak keras. 'Ayah tak perlu lagi ikut ikut operasi......Ayah kan sudah tua dan juga dalam keadaan sakit !!'.
'Sebenarnya apa yang membuat ayah begitu senang dan bersemangat mengikuti baksos baksos katarak itu ?', tanya si anak.
'Aku mendapatkan kebahagiaan,' jawab si Ayah dengan tenang
'Kebahagiaan apa, Yah ?', tanya anaknya lagi.
Si Ayah berkata,
'Saat kedua tanganku bekerja melakukan operasi, aku membayangkan orang orang yang aku operasi itu akan bisa kembali melihat terangnya dunia ciptaan Tuhan ini, dapat kembali menikmati senyuman dan derai tawa keluarganya  serta bisa kembali menjalani kehidupannya dengan lebih baik'.