Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata/Magister Hukum Kesehatan

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Tak Bermanfaat, Hidup Sekadar Menunggu Mati

14 Juli 2021   06:55 Diperbarui: 14 Juli 2021   06:59 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokter Tulus, seorang dokter spesialis mata yang sudah lansia masih tampak segar dan bugar. Sejak masih muda, dia senang melakukan operasi katarak dalam kegiatan kegiatan bakti sosial buat masyarakat miskin dan tidak mampu.

Dia sudah divonis menderita penyakit jantung, hipertensi  dan ginjal serta pernah kena serangan stroke. Oleh dokter yang merawatnya, dia diminta untuk banyak berisitirahat. Namun dokter Tulus tak memperdulikannya dan tetap saja rajin mengikuti berbagai kegiatan bakti sosial operasi katarak dari satu daerah ke daerah yang lain.

Anaknya, seorang pengusaha besar dan sukses, tentu saja merasa khawatir melihat keadaan bapaknya. Dia khawatir sewaktu waktu berbagai kejadian yang tak diinginkan bisa muncul menimpa ayahnya.

Suatu hari, si anak -dengan setengah 'memaksa'- meminta agar bapaknya lebih memperhatikan kesehatannya dan lebih banyak beristirahat di rumah'

Si bapak menjawab, 'Kalau kau memaksaku untuk banyak istirahat, aku tidak lagi bisa mengikuti baksos katarak !'.

Si anak menyahut dengan agak keras. 'Ayah tak perlu lagi ikut ikut operasi......Ayah kan sudah tua dan juga dalam keadaan sakit !!'.

'Sebenarnya apa yang membuat ayah begitu senang dan bersemangat mengikuti baksos baksos katarak itu ?', tanya si anak.

'Aku mendapatkan kebahagiaan,' jawab si Ayah dengan tenang

'Kebahagiaan apa, Yah ?', tanya anaknya lagi.

Si Ayah berkata,

'Saat kedua tanganku bekerja melakukan operasi, aku membayangkan orang orang yang aku operasi itu akan bisa kembali melihat terangnya dunia ciptaan Tuhan ini, dapat kembali menikmati senyuman dan derai tawa keluarganya  serta bisa kembali menjalani kehidupannya dengan lebih baik'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun