Mohon tunggu...
Riki Rivaldi
Riki Rivaldi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - santri el-bied

Berobsesi menjadi seseorang yang menyelami samudera kalam ilahi dan mengambil mutiaranya

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bentuk Kemurahan Allah Swt dalam Pensyariatan Puasa

20 April 2022   00:24 Diperbarui: 20 April 2022   00:28 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang yang tidak berpuasa karena alasan bekerja, mencari nafkah, atau apalah yang sebenarnya tidak menggugurkan kewajiban puasa atasnya. Dan sebenarnya alasan-alasan tersebut hanya kedok semata. Mereka menjadikan puasa sebagai kambing hitam dari tidak terselesainya pekerjaan mereka. Mereka  menganggap bahwa puasa adalah ibadah yang sangat memberatkan bagi umat islam.

Semua syariat islam sejatinya tidak ada yang memberatkan. Hanya manusianya saja yang tidak mengetahui apa sebenarnya hikmah dari penyariatan hukum tersebut. Termasuk puasa, banyak orang yang hanya memandang puasa adalah ibadah yang tidak memperbolehkan makan dan minum. Tentu memang, kalau hanya dipandang dari sini puasa memang memberatkan. Tetapi, jika kita tahu apa sebenarnya hikmahnya maka pasti kita akan berkata bahwa "Allah Swt sangatlah Pemurah kepada para makhluknya".

Berikut bentuk-bentuk kemurahan Allah dalam pensyariatan puasa yang dipandang dari ayat pensyariatan puasa, yakni al-baqarah ayat 183-185. Hikmah ini dikemukakan oleh Imam Qoffal yang dikutip pendapatnya oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib.

  • Pada ayat 183 Allah memberitahukan kepada kita bahwa puasa adalah suatu ibadah yang juga disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Hal ini membuktikan bahwa syariat puasa bersifat menyeluruh kepada seluruh umat. Dampak dari hal ini harusnya kita lebih merasa mudah menjalankan puasa. Pasalnya terdapat kaidah umum "sesuatu yang berat apabila banyak yang melakukan maka akan menjadi ringan". Kami akan berikan analoginya. Jika dalam suatu kelas terdapat 20 siswa dan kita adalah salah satunya, tatkala suatu hari guru memberikan PR, dan ternyata yang tidak mengerjakan hanya kita saja dari 20 siswa tersebut maka kita akan merasa berat melakukan hukuman yang diberikan, itu disebabkan karena kita sendirian melakukannya. Tetapi, jika sandainya setengah  dari jumlah siswa tidak mengerjakan PR dan terkena hukuman bersama maka kita akan berkata "tenang aku ada temannya" kita akan merasa lebih mudah menjalankan hukuman tersebut, karena kita melakukannya bersama. Begitu juga dengan puasa --meskipun jangan dipahami puasa adalah hukuman, titik persamaannya adalah pada sisi "memberatkannya perintah tersebut ketika dijalankan".
  • Di penghujung ayat 183 dijelaskan bahwa fungsi dari kita berpuasa adalah agar kita bertaqwa kepada Allah Swt. Disisi lain, Allah Swt mewajibkan untuk terus bertaqwa kepada-Nya dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika kita tidak bertaqwa maka kita akan mendapat dosa. Melihat ancaman yang berat ketika tidak bertaqwa,  Allah Swt memberikan jalan keluar agar kita dapat selalu bertaqwa yakni dengan berpuasa.
  • Pada ayat selanjutnya (184) diterangkan bahwa Allah Swt. memberikan keringanan kepada umat islam dengan hanya membebani puasa pada waktu-waktu tertentu. Seandainya Allah Swt. membebani puasa pada setiap waktu maka hal itu akan sangat memberatkan.
  • Pada ayat selanjutnya (185) dijelaskan bahwa yang dimaksud waktu tertentu pada ayat sebelumnya adalah Bulan Ramadhan, bulan paling mulia diantara bulan-bulan lain, dan bulan dimana al-qur'an diturunkan. Bulan ini menjadi mulia akibat dari ditunkannya al-qur'an tersebut. Tentu karena bulan ini paling mulia, pastinya perbuatan ibadah yang dilakukan pada bulan ini juga diganjar lebih dibandingkan ibadah di bulan lain.
  • Masih diayat yang sama dijelaskan, meskipun perintah puasa ini wajib bagi seluruh umat -terutama umat islam, Allah Swt tetap memberikan keringanan kepada orang-orang yang dianggap tidak mampu melakukan puasa yakni orang yang sakit dan orang yang bepergian. Bentuk keringananya berupa dapat mengganti puasa pada hari lain (jika hal yang menjadikannya tidak mampu berpuasa telah hilang).

Betapa Maha Pemurahnya Allah Swt kepada kita, khusunya dalam urusan berpuasa. Hal ini disebabkan karena Allah Swt memang menghendaki yang mudah bukan yang sulit (masih dalam ayat 185). Melihat ini, sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah Swt. Bentuk syukur itu dapat kita realisasikan dengan kita menjalankan syariat-Nya berupa puasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun