Mohon tunggu...
Riki Farisman
Riki Farisman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer | Tour | Tourist Attraction | History | Anthropology | Healthy

Blog ini menceritakan semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan, pariwisata, sejarah, kehidupan manusia, kesehatan, politik dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ruwat Rambul Gimbal Dataran Tinggi Dieng

2 Juli 2022   07:30 Diperbarui: 6 Juni 2024   02:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemotongan Rambut Gimbal (Sumber: wikipedia.org)

Ruwat atau yang biasa disebut dengan selamatan adalah ritual adat khususnya di tanah Jawa yang bertujuan untuk menolak bala kepada seseorang atau suatu hal.

Rambut gimbal sangatlah khas bagi masyarakat daerah dataran tinggi Dieng. Menurut legenda yang berkembang, pewarisan rambut gimbal kepada anak-anak di dataran tinggi Dieng bermula dari kyai Kolodete yang meruwat dataran tinggi Dieng dari berbagai macam makhluk halus yang mendiami tempat tersebut. Kyai Kolodete sendiri merupakan penyebar agama Islam di teratah Wonosobo. Bersamaan dengan kyai Karim yang menyebarkan agama Islam di daerah kalibeber dan kyai Walik yang menyebarkan agama Islam di daerah yang sekarang menjadi pusat kota Wonosobo.

Ruwatan rambut gimbal sendiri tidak terpaku dengan acuan waktu. Acara tersebut dapat dilangsungkan kapan saja oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng. Namun, acara ruwat rambut gimbal ini dilakukan ketika musim panas yaitu pada waktu panen raya tiba.

Terdapat hal yang unik dalam ruwatan rambut gimbal. Pasalnya anak yang akan dicukur rambutnya biasanya meminta sesuatu dari orang tuanya baik itu dalam bentuk mainan atau barang lainnya. Menurut kepercayaan apabila permintaan dari si anak tidak dituruti maka rambut gimbal yang telah dipotong akan tumbuh kembali.

Dalam prosesi pemotongan rambut gimbal biasanya dipimpin oleh ketua adat ataupun tokoh agama di daerah setempat, guna mendoakan si anak agar terlindungi dari berbagai macam bala. Kemudian, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dengan berbagai macam lauknya dan ingkung atau ayam yang dimasak utuh.

Setelah pemotongan rambut gimbal, rambut yang telah dipotong kemudian dilarung ke sungai bersama ubo rampe seperti kembang setaman, potongan nasi tumpeng, potongan ingkung, dan uang logam. Hal ini menunjukkan rasa syukur masyarakat dataran tinggi Dieng kepada sang pencipta.

Saat ini, ruwatan rambut gimbal dibingkai dalam acara yang cukup meriah yaitu dalam acara Dieng culture festival yang diadakan pada bulan Agustus atau puncak dari musim panas di Dieng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun