Sudut Pandang : Asrar -- Penjaga Losmen
Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya perkenalkan diriku yang sebenarnya, saya adalah Riki Dwi Saputra, dan Ini merupakan perkenalan yang sebenarnya bukan yang main-main lagi. Hhe. Saya mulai cerita perjalanan ini dari saat pemilihan pemain dahulu kali ya.
Proses pemilihan pemain tidaklah begitu semrawut dan kolot seperti pemilihan idol nyanyi maupun casting pemain film yang harus telanjang bulat dahulu untuk melihat pemain dari sisi luar dan dalamnya. Proses pemilihannya berdasarkan pada aspek kesiapan pemain dan kecocokan tokoh dengan peran yang akan dimainkan. Untuk saya sendiri, sebenarnya agak bingung mengapa akhirnya saya berperan menjadi Asrar disini, tokoh yang berjiwa psikopat, memiliki kepribadian ganda dan kalem dalam menghadapi masalahnya. Shoot out kepada sutradara kita, pak Yoga. Terima kasih sudah mempercayakan saya untuk memerankan peran Asrar disini.
Proses pemilihan tokoh sudah, kemudian kita lanjut ke proses Latihan. Jujur saja, saya sedikit kelelahan untuk proses menuju pertunjukan ini, saya juga sempat down dan jatuh sakit sekitar pertengahan bulan juni, ditemani nyanyian hujan bulan juni dan badan yang gemreges. Saya istirahat total dari pagi sampai malam tanpa ada satupun teman dan keluarga tahu. Sedikit curhat, saya bekerja di Karawang dan kuliah di Tangerang, bukan jarak yang dekat untuk ditempuh setiap hari tentunya. Untungnya saya berada dikelas karyawan dan hanya perlu berangkat ke kampus di hari sabtu saja disaat kerjaan libur. Senin -- Jumat bekerja full time ditambah overtime, Sabtu kuliah dari pagi sampai malam untuk latihan, dan Minggu harus berkendara Kembali ke Karawang. Ini membuat saya terkadang kurang focus saat berlatih, pikiran saya terus-terusan saling bertabrakan, dikerjaan mikirin kuliah, dikuliah mikirin kerjaan. Lalu, kapan mikirin kamunya?
Seperti kebanyakan teman lainnya, saya juga merasakan proses tumbuh Bersama, saling mendalami peran serta mengenal lebih dalam arti sebuah proses. Betul, seperti yang pak Zaky pernah katakan di grup matkul, bahwa proses belajar komperehensif lebih berharga dibanding pentas satu malam saja. Boom, Bagai bulan dimalam hari, kata-kata tersebut seakan membangkitkan semangat saya, disaat suntuk dan pikiran hampir menyerah dengan semua proses ini menyerang diri saya. Dari semua proses, hari Gladi bersih merupakan hari paling melelahkan bagi saya, bagaimana tidak? Budak korporat seperti saya yang menghabiskan separuh waktu hidupnya untuk perusahaan harus bergelut dengan kemacatan jalanan Karawang -- Jakarta di jam pulang kantor untuk sekedar gladi bersih satu malam saja, dan harus segera kembali untuk bekerja esok harinya.
Dan, ya. Kita sampai dihari pertunjukan, lupa naskah, kemistri yang belum terbangun, blockingan, dan grogi yang sempat saya temui saat berlatih kini sedikit menghilang. Semuanya kita pasrahkan kepada diri kita masing-masing. Proses berlatih yang kami lalui hampir 3 bulan penuh ini membuat saya sadar, bukan sebuah pentas teater yang digelar satu malam yang membuat kesan baik di hati kami, melainkan proses Latihan serta persiapan dari itu semua yang meninggalkan kesan kepada diri kami. Terima kasih untuk semua yang sudah ikut membantu proses belajar kami, dan maaf kepada para pihak yang mungkin kurang puas bahkan tidak suka dengan pementasan kami.
Sekian. Terima kasih.
Tamat
Link Pertunjukan : https://www.youtube.com/watch?v=wC7uW7wBzJE&t=946sÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H