Mohon tunggu...
Riki Dwi Saputra
Riki Dwi Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Pendatang Baru

Pencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perayaan Kemerdekaan dan Perang Lawan Virus

17 Agustus 2021   12:43 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:56 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, kekuatan sinyal internet. Kecakapan guru dalam menggunakan teknologi kelas daring pun sedikit mengurangi kelangsungan kelas agar kondusif. 

Para murid menjadi kehilangan semangat belajar karena beban mereka bertambah, yang biasanya hanya seputar nilai dan tugas, kini bertambah hambatan kuota dan teknologi yang menghambat proses pembelajaran mereka.

Pelaksanaan ibadah keagamaan juga menjadi permasalahan, dimana tempat ibadah kini dikurangi kapasitasnya untuk kegiatan peribadatan setiap agama. tidak masalah bagi mereka yang memang jarang beribadah bersama / berjamaah di tempat ibadah. 

Namun bagaimana dengan pelaksanaan shalat jumat yang mana dilaksanakan secara berjamaah di masjid, masyarakat yang beragama islam kemudian merasa bingung apakah memilih agama yang menyuruhnya untuk shalat jumat berjamaah atau mengikuti arahan pemerintah untuk tidak dahulu berkerumun dan menggantinya dengan shalat dhuhur.

Perayaan hari kemerdekaan yang beberapa tahun kebelakang diwarnai dengan kegembiraan dan berbagai perlombaan kini menjadi kosong dan tak begitu berarti, pandemi covid -- 19 benar -- benar melumpuhkan segala sektor kehidupan. Baik dari sektor pekerjaan, pendidikan, dan ibadah keagamaan. 

Kesehatan lingkungan kini menjadi fokus utama untuk mempercepat penyembuhan negeri dari virus yang kini menyerang kita. Kita harus mencontoh semangat perjuangan yang sudah lebih dulu para pejuang negeri lakukan terdahulu. 

Bedanya, kini bukan lagi manusia yang kita lawan. Namun, virus yang tak dapat kita lihat dengan mata telanjang, perlu bantuan alat untuk melihatnya. Yang dapat kita contoh dari perjuangan para pejuang terdahulu adalah semangat tanpa menyerahnya, tak perlu kita contoh peperangan fisik yang dulu terjadi, kita hanya perlu saling memanusiakan manusia dengan tetap menjaga kesehatan tanpa menghilangkan sifat empati manusia.

Masa sulit seperti ini dapat kita lewati dengan saling berpegangan erat, kepercayaan diri dan mental untuk melewati semua ini agar dapat hidup normal tanpa was -- was terserang virus. Pekerjaan, penddidikan, kegiatan keagamaan memang kini tersendat. Tapi kita harus yakin, Indonesia pasti bisa bangkit jika kita membantunya untuk bangkit. 

Tetap jaga kesehatan diri dan juga mental agar tubuh lebih kuat menghadapi segala rintangan yang akan kita hadapai kedepanya. Virus ini pasti akan kalah jika kita lawan bersama dengan menjaga kebersihan dengan mengikuti arahan pemerintah yang pasti ditujukan untuk kesejahteraan rakyatnya.

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun