Mohon tunggu...
riki ahmadi
riki ahmadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

SENTRA, BERBURU SOUVENIR DAN MAKANAN KHAS BENGKULU

17 Mei 2015   11:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini lho tempatnya belanja souvenir dan makanan khas di Kota Bengkulu, tepatnya di jalan Soekarno Hatta, enggak jauh dari Rumah Pengasingan Bung Karno. Di sepanjang jalan ini berjejer toko yang menyediakan souvenir dan makanan khas Bengkulu.

Saya coba mencari makanan yang unik dan lain daripada biasanya seperti manisan tomat, kerupuk wortel, manisan rumput laut dan manisan terong ungu serta beberapa hiasan bernuansa Rafflesia Arnoldi dan sticker tentang Bengkulu sebagai tanda kenangan.

Diantara sekian banyak souvenir dan makanan khas yang ditawarkan, kopi luwak Bintuhan yang paling recommended. Yap, bagi seorang coffee lovers, jangan mengaku pecinta kopi sejati kalau belum coba kopi luwak. Kopi luwak, atau civet coffee in english adalah asli Indonesia. Awal mulanya berkaitan dengan era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel abad ke-18 (1830-1870) dimana Belanda membuka perkebunan tanaman komersil (temasuk kopi) di koloninya di Hindia Belanda. Penduduk pribumi yang ingin mecoba kopi tersebut terpaksa memungut sisa-sisa biji kopi yang berasal dari kotoran luwak dan menikmatinya secara diam-diam karena Belanda melarang pribumi untuk memetik biji kopi untuk konsumsi pribadi. Lambat laun, kabar mengenai cita rasa kopi tersebut terdengar oleh kompeni Belanda dan menjadi terkenal sejak saat itu. Diketahui kemudian, luwak bisa memilih biji kopi terbaik berdasarkan nalurinya. Mereka memilih biji yang lembut dan memakannya, tetapi cuma bagian luarnya yang bisa dicerna, sedangkan sisanya dibuang bersama kotoran. Kotoran itulah yang menciptakan perbedaan dengan kopi biasa.

Selain Lampung, daerah Bintuhan di Bengkulu juga terkenal sebagai penghasil kopi luwak dengan merk dagang sendiri. Pasarnya udah merambah ke Singapore, Korea, Perancis dan Jerman. Enggak heran dong kalau kopi luwak diekspor, bahkan udah mendapat predikat “The Most Expensive Coffee in the World” dan sempat nongol di Oprah Winfrey Show yang terkenal itu. Kabar berita yang pernah saya baca di beberapa media online pun menyebutkan bahwa harga kopi luwak di Jerman (jenis Arabika) bisa mencapai Rp. 9 juta per kg, di Inggris mencapai 50 poundsterling untuk secangkir kopi luwak, di Singapore $30 per cangkir, di Taiwan $45 per cangkir (harga-harga tersebut tergantung jenis, ukuran cangkir dan kombinasi dengan bahan lain) sedangkan harga kopi luwak Bintuhan yang saya dapatkan sebesar Rp. 30.000,- per sachet kecil untuk sekali minum. Untuk ukuran sachet besar 100 gr dijual dengan harga Rp. 200.000,- Melihat harganya yang fantastis itu dan membandingkan dengan ukurannya yang mini, saya cuma membeli 2 sachet kecil sebagai oleh-oleh untuk Big Boss. Di kantor, kami pun menikmatinya berdua masing-masing secangkir kopi luwak Bintuhan. Tegukan pertama, rasanya seperti aroma tanah. Aha, mungkin inilah rasa eksotisnya.. tanah, pikir saya. Saya tanya dengan bos bagaimana rasanya, dia justru bertanya balik, “Apa bedanya dengan kopi biasa?” Hahaha.. udah jelas, kami bukan coffee lovers. Lidah kami enggak bisa membedakan rasa kopi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun