Mohon tunggu...
Riki Agusetiawan
Riki Agusetiawan Mohon Tunggu... -

Pengagum Berat : Nabi Muhammad SAW, Para Khulafaur Rasyidin, Khalid Bin Walid, 10 sahabat Rasul yang dijamin masuk surga.\r\n2 pejuang pembebasan pasca jaman Rasul : Solahudin Al-Ayyubi dan Muhammad II Al-Fatih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ampera Dulu yang Ku Puja. Ahh Masa Iya??

29 September 2014   07:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:07 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul 17.30 masih didalam bus karyawan, lagi –lagi kulihat bangunan menjulang tinggi disepanjang jalan menuju tempat parkir sepeda motor para karyawan perusahaan, namun ada yang terasa aneh dari pemandanganku, kutengok dengan penuh penghayatan sebuah bangungan yang fungsinya membantu melintasi sungai terpanjang yang ada dikota yang terkenal akan makanan khasnya yaitu pempek , ya kutahu namanya adalah jembatan ampera, jembatan yang mencirikan khas kota palembang,

Tak seperti biasanya, sore itu aku mencoba untuk tetap didekat jembatan khas itu, namun ia ku amati dari sebuah masjid tua yang terus menerus direnovasi sehingga tampaklah keindahan dan kemegahan yang ada pada masjid itu,ya masjid ini juga merupakan bangunan yang sangat aku kagumi, layaknya jembatan ampera, dua bangunan ini menjadi landmark kota pempek tersebut.

Sekilas aku coba mengingat apa yang dulu aku kagumkan terkait bangunan tersebut,

***beberapa tahun yang dulu

Disebuah rumah yang sederhana, dimana hampir semua orang yang ada dirumah itu bekerja sebagai pedagang, terjadilah perbincangan yang penuh dengan serat makna bagi yang merasakannya, seorang ibu yang sangat menyayangi buah hati terakhir berbicara,

“kik, besok nak melok mamak dak kepalembang??” tanya lembut seorang ibu

“biso jingok jembatan ampera dak mak??” penuh penasaran anaknya, karena selama ini anak tersebut hanya bisa melihat jembatan ampera dari tutup botol minuman berkarbonatasi sarsapalela dan kalender kalender pemberian toko kelontong.

“oh iyolah anakku, gek kito naek ketek biar biso jingok jembatan dari deket”, jawaban dengan maksud memberi kebahagiaan kepada sang buah hati.

“iyo mak, aku nak melok besok” jawab sang anak,

“tapi besok jangan nakal ye samo gek tempat dodoknyo mamak yang bangku kau”, sebuah persyaratan sebelum berangkat.

Dengan tegas sang anak menjawab “iyo mak”.

Sang anak pun sibuk mencari pakaian untuk berangkat besok, saking senangnya dia bangun lebih awal dari biasanya,

*berangkat ke palembang

Di tengah perjalanan, sang ibu sudah tahu bahwa anaknya punya fisik yang lemah, dengan prediksi yang tepat sang ibu sudah menyiapkan kantong plastik untuk anaknya yang muntah..

“mamak tuh lah tau nian kau tuh mudah mabok” cakap sang ibu,

Tapi jawaban sang anak hanya lewat bahasa tubuh, yaitu dengan memeluk perut ibunya dengan wajah yang lesu. Namun dengan begitu sang ibu bisa merasakan kasih sayang anaknya melalui pelukan hangat.

***terbangun dari lamunan kesendirian,

Aku pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku manjaku kepada ibu..

Dan kuingat kembali saat mau kembali dari palembang.

***melamun lagi

“mak, kita nak balek ye??, jadi naek ketek dak??” tanya sang anak

“iyo iyo”, jawab ibu

Namun itu lah jawaban yang sang anak ingat, karena setelah itu sang anak tertidur dan terbangun saat sudah didalam bus menuju kota prabumulih, kota tercinta.

Sesaat setelah terbangun, sang anak pun berkata kepada ibu dengan wajah memelas “mak, gek kito ke palembang lagi kan??”, sang ibu hanya mengangguk dengan jarinya membersihkan air liur disamping pipi,

Sang anak pun menanamkan dalam hatinya bahwa suatu saat dia akan sesuka hati melihat dan melewati jembatan tersebut.

***terbangun dari lamunan dan dengan mata yang tegas dan bibir yang mingkem,

Yaa, saat ini anak tersebut sudah diberikan keberkahan dari Sang Pemberi Berkah, bahwa ia sudah bisa melihat dengan sesuka hatinya jembatan tersebut dan melewati dengan semaunya.

Begitu patut kusyukuri nikmat yang Allah berikan ini, dan kuusahakan untuk selalu kusyukuri, kuusahakan setiap pulang dari praktik lapang, kusinggahi masjid yang tua namun megah ini, hanya untuk numpang bersujud memuji-Nya dengan segala kerendahan hati, tanpa kulupa untuk selalu menengok kearah jembatan yang dulunya menjadi primadonaku yang ku puja.

Labih dari 40 hari aku lihat dan jembatan Ampera dan Menumpang Sholat Ashar di Majid Agung Palembang.

(Q.S. Ar Rahman) => maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan??

Riki Agusetiawan

Sepenggal Kisah ntuk mengingat jasa sang Ibu dalam memberi suntikan semangat dan keyakinan kepada anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun